Sabtu, 03 Maret 2018

MENGUKUR NILAI AKTIVITAS EKONOMI PRODUK DOMESTIK BRUTO

Nama : Fivi Sri Miranti
Npm: 1601270042
Kls : 4 A PAGI Perbankan Syariah
Dosen : Totok Harmoyo SE,M.AK
Universitas  Muhammadiyah Sumatera Utara



BAB I
MENGUKUR NILAI AKTIVITAS EKONOMI PRODUK DOMESTIK BRUTO

Produk domestik bruto sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian. Tujuan GDP adalah meringkas aktivitas ekonomi dalama suatu nilai uang untuk tertentu selama periode waktu tertentu. Ada dua cara untuk melihat statistik ini, salah satunya adalah dengan melihat GDP sebagai pendapatan total dari setiap orang di dalam perekonomian. Cara lain untuk melihat GDP adalah sebagai pengeluaran total atas output barang dan jasa perekonomian.
Bagaimana GDP mengukur pendapatan dan pengeluaran perekonomian atas outputnya?. Alasannya adalah bahwa jumlah keduanya benar-benar sama untuk perekonomian secara keseluruhan, pendapat harus sama dengan pengeluaran. Kenyataan itu sebaliknya, berasal dari fakta yang lebih mendasar, krena setiap transaksi memiliki pembeli dan penjual, maka setiap dolar yang dikeluarkan seorang pembeli harus menjadi pendapatan bagi seorang penjual.

Ø  Beberapa Kaidah Untuk Menghitung GDP
Dalam perekonomian yang hanya memproduksi roti, kita bisa menghitung GDP secara sederhana dengan menambahkan pengeluaran total atas roti. Akan tetapi, perekonomian rillsebuah negara meliputi produksi dan penjualan sejumlah besar barang serta jasa yang berbeda. Untuk menghitung GDP  dalam perekonomian yang lebih kompleks, akan sangat membantu jika memiliki definisi yang tepat. Produk domestik bruto (GDP) adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian selam kurun waktu tertentu.
Untuk menghitung nilai total dari barang dan jasa yang berbeda, pos pendapatan nasional menggunakan harga pasar karena mencerminkan banyaknya orang yang bersedia membayar untuk barang dan jasa.
GDP = (harga apel × jumlah apel) + (harga jeruk × jumlah jeruk)
          = ($0,50 × 4) + ($1,00 × 3)
          = $5,00

GDP sama dengan $5,00 – nilai seluruh apel $2,00 + nilai seluruh jeruk $3,00.
Ø GDP RILL Versus GDP Nominal
Para ahli ekonomi menggunakan kaidah yang baru saja dijelaskan untuk menghitung GDP yang berupa nilai output total barang dan jasa perekonomian. Tetapi apakah GDP merupakan ukuran yang baik dari kemakmuran ekonomi?. Dalam perekonomian ini GDP dalah jumlah dari  nilai seluruh apel dan seluruh jeruk yang diproduksi.
Untuk melihat bagaimana GDP rill dihitung, bayangkan kita ingin membandingkan output pada tahun 2006 dengan output pada tahun berikutnya dalam perekonomian apel dan jeruk kita. Kita bisa mulai dengan memilih sekumpulan harga, disebut harga dasar tahunan, misalnya harga yang berlaku pada tahun 2006. Barang dan jasa lalu ditambahkan dengan menggunakan harga dasar tahunan ini untuk menilai barang-barang yang berbeda di kedua tahun. GDP rill untuk tahun 2006 adalah :
GDP Rill = (harga apel 2006 × jumlah apel 2006) + (harga jeruk 2006 × jumlah
                     jeruk 2006).
Demikian pula, GDP Rill pada tahun 2007 adalah :
GDP Rill = (harga apel 2006 × jumlah apel 2007) + (harga jeruk 2006 × jumlah
                     jeruk 2007).
Dan GDP Rill pada tahun 2008 adalah :
GDP Rill = (harga apel 2006 × jumlah apel 2008) + (harga jeruk 2006 × jumlah jeruk 2008).
Lihatlah bahwa harga tahun 2006 digunakan untuk GDP rill untuk tiga tahun. Karena harga dipertahankan konstan, GDP rill bervariasi dari tahun ke tahun hanya jika jumlah yang diproduksi berbeda. Karena kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan ekonomi bagi para anggotanya sangat bergantung pada jumlah barang dan jasa yang diproduksi. Maka GDP rill memberikan ukuran kemakmuran ekonomi yang lebih baik ketimbang GDP nominal.

Ø  Deflator GDP
Dari GDP nominal dan GDP rill kita bisa menghitung statistik ketiga deflator GDP. Deflator GDP, juga disebut dengan deflator harga implisit untuk GDP, didefinisikan sebagai rasio GDP nominal terhadap GDP rill :
Deflator GDP mencerminkan apa yang sedang terjadi pada seluruh tingkat harga dalam perekonomian.
Defenisi deflator GDP memungkinkan kita memisahkan GDP nominal menjadi dua bagian : Satu bagian mengukur jumlah (GDP Rill) dan yang lain mengukur harga (Deflator GDP). Yaitu :
GDP Nominal = GDP Rill × Deflator GDP
GDP Nominal mengukur nilai uang yang berlaku dari output perekonomian. GDP rill mengukur output yang dinilai pada harga konstan. Deflator GDP mengukur harga output relatif terhadap harganya pada tahun dasar. Kita juga dapat menuliskan persamaan ini dengan :

Ø  Komponen- Komponen Pengeluaram
Para ekonomi dan para pembuat keputusan tidak hanya peduli pada output barang dan jasa total, tetapi juga alokasi dari output di antara berbagai alternatif. Pos pendapatan nasional membagi GDP menjadi empat kelompok pengeluaran diantaranya :
Konsumsi (C)
Investasi (I)
Pembelian Pemerintah (G)
Ekspor Netto (NX).

Jadi, dengan menggunakan simbol Y untuK GDP.
Y = C + I + G + NX.

Ø  Ukuran – Ukuran Pendapatan Lain
Pendapatan nasional mencakup ukuran-ukuran pendapatan lain yang agak berbeda dari GDP. Penting untuk memahami berbagai ukuran itu, karena para ekonomi dan media sering menjadikannya sebagai acuan.
Untuk melihat bagaimana ukuran-ukuran pendapatan lain alternatif itu saling terkait, kita mulai dengan GDP dan menambah atau mengurangi berbagai kuantitas. Untuk mendapatkan produk nasional bruto (Gross National Product, GNP), kita menambah penerimaan dari pendapatan faktor produksi (upah, laba, dan sewa) dari seluruh dunia dan mengurangi pembayaran dan  pendapatan faktor keseluruh dunia :
GNP = GDP + Pembayaran faktor dari Mancanegara – Pembayaran faktor ke Mancanegara.

Untuk mendapatkan produk nasional netto (Net National Product, NNT), kita kurang depresiasi modal  jumlah persedian pabrik, peralatan, dan struktur residensial perekonomian yang habis dipakai selama setahun :
NNP = GNP – Depresiai
Penyesuaian berikutnya dalam pos pendapatan nasional adalah untuk pajak bisnis tidak langsung, seperti pajak penjualan. Pajak penjualan yang jumlahnya kira-kira 10% dari NNP, memunculkan irisan di antara harga yang dibayar konsumen atas suatu barang dan harga yang diterima perusahaan, Karena perusahaan tidak pernah menerimannya, maka irisan pajak ini bukan bagian dari pendapatan mereka. Ketika mengurangi pajak usaha tidak langsung dari NNP, kita mendapatkan ukuran yang disebut pendapatan nasioanal.
Pendapatan Nasional = NNP – Pajak Tidak Langsung
Pendapatan nasional mengukur berapa banyak pendapatan yang diperoleh setiap orang dalam perekonomian.
Perbedaan antaran pendapatan  bunga perseorangan dan bunga netto muncul sebagian karena bunga atas uang pemerintah adalah bagian dari bunga yang diterima rumah tangga tetapi bukan bukan bagian dari bunga yang dibayarkan perusahan. Jadi, pendapatan perseorangan adalah :
Pendapatan Perseorang = Pendapatan Nasional
-          Laba Korporasi
-          Kontribusi Asuransi Sosial
-          Bunga Netto
+    Deviden
+    Tranver Pemerintah Pada Individu
+    Pendapatan Bunga Perseorangan
Pendapatan Perseorangan Disposabel = Pendapatan Perseorangan – Pembayaran Pajak Dan Nonpajak Perseoranga.

Ø  Harga Sekelompok Barang
Ukuran mengenai tingkat harga yang paling banyak digunakan adalah indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI). Bruto statistik tenaga kerja yang merupakan bagian dari departemen tenaga kerja AS bertugas menghitung CPI. Perhitungan itu dimulai dengan mengumpulkan harga dari ribuan barang dan jasa. Jika GDP mengubah jumlah berbagai barang dan jasa menjadi sebuah angka tunggal yang mengukur nilai produksi. CPI mengubah harga berbagi barang dan jasa menjadi sebuah indeks tunggal yang mengukur tingkat harga.
Sebagi contoh, anggaplah seorang konsumen membeli 5 apel dan 2 jeruk setiap bulannya. Kelompok barang itu terdiri dari 5 apel dan 2 jeruk, dan CPI nya adalah :

Pada CPI ini, tahun 2006 adalah tahun dasar. Indeks itu menyatakan berapa biaya yang harus dibelanjakan untuk membeli 5 apel dan 2 jeruk sekarang relatif terhadap harga buah yang sama pada tahun 2006.
Indeks harga konsumen adalah indeks harga yang paling sering dipakai tetapi bukan satu-satunya indeks. Masih ada indeks harga produsen yang mengukur  harga sekelompok barang yang dibeli perusahaan, bukan konsumen. Selain indeks harga keseluruhan. Biro stratistik tenaga kerja juga menghitung indeks harga untuk jenis-jenis barang tertentu seperti makanan, perumahan, dan energi.

Ø  CPI Versus Deflator GDP
Perbedaan pertama adalah bahwa deflator GDP mengukur harga eluruh barang dan jasa yang diproduksi sedangkan CPI hanya mengukur harga barang atau jasa yang dibeli konsumen. Jadi, peningkatan dalam harga barang yang diproduksi oleh perusahaan tau pemerintah akan tampak meningkat dalam deflator GDP tetapi tidak dalam CPI.
Perbedaan kedua adalah bahwa deflator GDP hanya mencakup barang dan jasa yang diproduksi secara domestik. Barang-barang impor bukan merupakan bagian dari GDP dan tidak meningkatkan deflator GDP. Jadi, kenaikan harga Toyota yang dibuat di Jepang dan di jual di negara ini menpengaruhi CPI, karena Toyota dibeli oleh konsumen tetapi tidak mempengaruhi deflator GDP.
Perbedaan ketiga adalah yang paling halus disebabkan oleh cara kedua ukuran itu mengagregatkan berbagai tingkat harga dalam perekonomian. CPI menggunakan timbangan terhadap harga barang yang berbeda sedangkan deflator GDP menggunkan sekelompok barang tetapi tidak tetap.
Perhatikan bahwa seseorang yang ingin bekerja tetapi menyerah mencari pekerjaan, pekerja yang putus asa juga dianggap tidak berada dalam angkatan kerja. Angkatan kerja didefinisikan sebagai jumlah orang yang sedang bekerja dan orang yang menganggur, dan tingkat pengangguran didefinisikan sebagai persentase dari angkatan kerja yang tidak bekerja, yaitu :
Angkatan Kerja = Jumlah Orang Ynag Bekerja + Jumlah Pengangguran.
Dan
Tingkat Pengangguran =

Statistik terkait adalah tingkat partisifasi angkatang-angkatan, persentase dari populasi orang dewasa yang ada dalam angkatan kerja.
Tingkat Partisifasi Angkatan Kerja = × 100.

Biro statistik tenaga kerja menghitung statistik ini untuk seluruh populasi dan untuk kelompok di dalam populasi laki-laki dan wanita, kulit putih dan kulit hitam, remaja dan usia kerja.
Angkatan kerja = 139,3 + 8,1 = 147,4 juta
Tingkat pengangguran = (8,1 / 147,4) × 100 = 5,5%
Tingkat partisifasi angkatan kerja = (147,4 / 223,4) × 100 = 66.0%.
Jadi, kira-kira dua pertiga dan populasi orang dewasa berada dalam angkatan kerja dan kira-kira 5,5% di antaranya tidak memiliki pekerjaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar