Jumat, 16 Maret 2018

REVIEW JURNAL ASING

Nama : Fivi Sri Miranti
Npm : 1601270042
Prodi : Perbankan Syariah (4 A Pagi)
Dosen : Totok Harmoyo, SE, M. Si

 
Efektivitas Kebijakan Fiskal Dan Moneter Selama Krisis Keuangan
Abstrak
Tujuan makalah ini dibuat adalah untuk menilai efektifitas moneter dan fiskal tentang kebijakan
pertumbuhan ekonomi, selama krisis keuangan yang berkembang di berbagai negara. Menerapkan
dataset yang disediakan oleh Leaven dan Valencia (2008 dan 2010). Saya memeriksa 83 episode
krisis keuangan di 66 negara berkembang. Untuk mempekerjakan metode yang digunakan oleh
Gupta Di Al (1007), Baldacci Di Al (2009), Hutchison (2010) Li dan Tang (2010), disini saya melakukan moneter dan variabel fiskal untuk mengendalikan berbagai faktor penentu biaya output
selama krisis keuangan. Menerapkan teknik OLS yang berbeda dengan kesalahan standar yang kuat dan Estimasi GMM, saya mengetahui  bahwa kontraksikebijakan moneter dan fiskal tersebut terkait
dengan kenaikan biaya output selama krisis keuangan. Selain itu, ekspansi kebijakan fiskal
disertai dengan biaya output yang lebih kecil dari krisis keuangan, sementara ekspansi moneter tidak menunjukkan efek yang jelas. Kebijakan moneter cenderung mengurangi biayaoutput selama
krisis keuangan di Indonesia.
PENGANTAR
Krisis keuangan biasanya dikaitkan dengan kehilangan biaya produksi. Baru saja Krisis Keuangan di tahun 
2008 kembali menimbulkan pertanyaan di antara para peneliti mengenai efektivitas kebijakan moneter dan 
fiskal selama periode krisis keuangan. Mengenai pertanyaan untuk tindakan moneter dan fiskal yang tepat,
 tidak ada konsensus di antara para peneliti apakah kebijakan moneter atau fiskal tersebut adalah alat yang 
lebih efektif untuk menghadapi krisis keuangan. Untuk menjawab pertanyaan ini, saya memeriksa 83 episode 
krisis keuangan di 66 negara berkembang dan negara berkembang lainnya. Berikut metode yang digunakan 
oleh Gupta Di Al (2007), Baldacci (2009), Hutchison (2010), Li dan Tang (2010), saya menilai efektivitas 
kebijakan moneter dan fiskal yang termasuk variabel makroekonomi yang berfungsi untuk mengendalikan 
berbagai penentu biaya output selama krisis keuangan. Untuk cek ketahanan dan uji endogenitas saya 
menggunakan estimator GMM. Ada beberapa penelitian yang meneliti bahwa efektivitas moneter 
dan fiskal mempengerahui  kebijakan pertumbuhan output selama krisis keuangan. Dalam literatur, 
sebagian besar Studi  mengatakan bahwa kebijakan fiskal lebih efektif daripada kebijakan moneter selama 
tahun 2008 di berbagai krisis keuangan dan oleh karena itu ekspansi fiskal dapat mengurangi kerugian output 
atau biaya output (Laporan IMF, 2008). Mengenai kebijakan moneter, laporan tersebut menunjukkan bahwa 
Kebijakan moneter dapat mendukung pendekatan resesi ekonomi, namun efisiensinya terbatas selama krisis. 
Baldacci Di Al (2009) menyelidiki bahwa pengaruh kebijakan fiskal terhadap output riil selama krisis
 keuangan dan Mereka mengetahui bahwa konsumsi pemerintah dapat mempersingkat durasi keuangan
 Krisis dan ukuran tersebut lebih efektif daripada kebijakan yang mendukung investasi publik atau
 pemotongan pajak Studi oleh Hutchison Di Al (2010). Dan untuk menguji pengaruh moneter dan kebijakan 
fiskal selama krisis yang mengakibatkan neraca pembayaran yang tiba-tiba berhenti muncul di negara
 berkembang. Mereka mengetahui bahwa ekspansi fiskal dikaitkan dengan biaya output lebih kecil setelah 
berhenti mendadak namun ekspansi moneter meberikan efek yang tidak jelas. Oleh karena itu, mereka 
menyarankan bahwa campuran kebijakan makroekonomi harus dikoordinasikan oleh ekspansi fiskal 
dengan kebijakan moneter yang netral selama krisis keuangan. Di sisi lain, Li J dan Tang L  (2010) 
menganalisa keefektifan kebijakan moneter dan fiskal memiliki respon krisis yang kembar untuk 72 
episode selama tahun 1977-2010 di 57 negara berkembang. Mereka tahu bahwa Ekspansi moneter 
(kontraksi) dapat menurunkan (kenaikan) biaya output, sedangkan Ekspansi fiskal (kontraksi) tidak 
berpengaruh terhadap krisis perbankan, namun kebijakan moneter tidak memiliki efek yang jelas terhadap 
krisis mata uang. Apalagi ekspansi kebijakan fiskal (kontraksi) tidak berpengaruh baik bagi krisis perbankan 
maupun mata uang. Mereka juga menyimpulkan bahwa kebijakan harus dikoordinasikan dengan ekspansi
moneter tanpa pertimbangan dengan Kebijakan fiskal netral selama krisis keuangan, selama ekspansi fiskal
atau kontraksi tidak berpengaruh terhadap biaya output. Penelitian oleh Goldfain dan Gupta (2003)
menganalisis bahwa krisis keuangan di 80 negara untuk periode 1980-1998, dan mereka juga menemukan
bahwa kebijakan moneter dan fiskal tidak efektif, jika ekonomi memiliki kedua krisis di mata uang dan 
perbankan. Saya mencoba untuk mengisi kesenjangan dalam literatur ini dengan penyelidikannya efektivitas
kebijakan moneter dan fiskal selama krisis keuangan di berbagai negara berkembang lainnya. 
Untuk ukuran makroekonomi harus digunakan di semua negara berkembang  selama ekonomi
krisis dalam rangka meringankan resesi ekonomi. 
DEFINISI KRISIS PERBANKAN DAN MATA UANG
Ada sedikit bukti empiris yang menguji koeksistensi perbankan dan krisis mata uang, namun mereka
tidak menganalisa krisis perbankan dan mata uang di waktu yang sama. Misalnya, studi oleh Kaminsky
dan Reihnart (1999) adalah yang pertama memberikan bukti pekerjaan mengenai krisis perbankan dan
mata uang. Mereka penelitian bahwa banyak krisis keuangan global telah terjadi karena devaluasi mata
uang yang pada gilirannya menyebabkan runtuhnya sistem perbankan (selama tahun 1980an dan 1990an).
Bertentangan dengan Kaminsky dan Reihnart, saya menneliti bahwa krisis perbankan dan mata uang bisa 
terjadi pada saat bersamaan.  Krisis terjadi pada tahun t dikombinasikan dengan krisis mata 
uang selama periode tersebut (t-3, t+ 3) . Oleh karena itu, saya menghindari anggapan 
bahwa krisis perbankan didahului oleh devaluasi mata uang atau sebaliknya. Data dalam
 penelitian empiris saya gunakan dengan menggunkan database yang  dihitung oleh Laeven
 dan Valencia (2008 dan 2010). Mereka mengidentifikasi 144 krisis perbankan yang sistematis 
dan 207 krisis perbankan. Mereka mendefinisikan krisis perbankan sebagai "Sektor korporasi
 dan keuangan yang mengalami sejumlah besar default dan lembaga keuangan di perusahaan 
menghadapi kesulitan besar dalam membayar kontrak waktu”. Krisis mata uang didefinisikan
 sebagai depresiasi nominal mata uang pada PT paling sedikit 30% persen yang juga 
merupakan kenaikan tingkat depresiasi 10 persen dibandingkan tahun sebelumnya. 
Penelitian ini berisi sampel dari 83 episode di 66 negara-negara selama periode 1980 
sampai 2010. Saya menunjukkan awal dari kedua krisis tersebut pada periode t, sebagai
 krisis perbankan, terkait dengan krisis mata uang selama periode (t- 3, t, t + 3).  
 
HILANGNYA OUTPUT SELAMA KRISIS PERBANKAN DAN MATA UANG

Ada beberapa cara untuk mengukur biaya output yang terkait dengan krisis keuangan. Setelah Laeven 
dan Valencia (2008 dan 2010) saya membuat data untuk output biaya dengan membandingkan secara rii
l tren pertumbuhan rata-rata PDB sebelum krisis negara-negara yang diberikan t-3 ke t-1, t adalah mulai 
krisis dan tingkat pertumbuhan PDB pasca krisis t + 1 sampai t + 3, sampai tingkat pertumbuhan PDB
kembali ke trennya. Perbedaan antara nyata tren tingkat pertumbuhan PDB (pra-krisis) dan pertumbuhan 
PDB riil sebenarnya adalah kerugian output atau biaya untuk masing-masing negara. Jika perbedaannya
lebih tinggi berarti biaya Krisis keuangan lebih rendah.
 
 
METODOLOGI DAN DATA PENELITIAN
 
Metodologi penelitian saya serupa dengan yang diadopsi oleh Gupta Di Al (2007), Baldacci (2009), 
Hutchison (2010), Li dan Tang (2010), dalam analisis mereka terhadap dampak kebijakan moneter 
dan fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi selama periode krisis keuangan. Saya menjalankan regresi
cross-sectional dengan kesalahan standar yang kuat. Namun, saya berbeda dari mereka karena saya 
menggunakan estimator GMM untuk cek ketahanan dan uji endogenitas hasil saya. Selain itu, saya 
menyertakan variabel kontrol penting di regresi untuk mengukur pengaruh marjinal variabel
makroekonomi. Pemilihan variabel kontrol adalah diidentifikasi dari literatur sebelumnya sebagai 
penentu signifikan dari kehilangan output selama krisis keuangan.  Saya menggunakan variabel
makroekonomi domestik dan internasional dalam beberapa regresi agar masuk ke akun 
dihilangkan-bias variabel. Daftar Variabel kontrol didasarkan pada literatur sebelumnya, 
khususnya Li dan Tang (2010) dan Clavo Et Al (2004). Daftar ini penting karena saya 
tertarik untuk mengendalikannya untuk faktor (kecuali variabel moneter dan fiskal) 
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan output selama krisis keuangan. Daftar variabel 
yang saya gunakan dalam penelitian empiris saya adalah keterbukaan perdagangan tentang 
tingkat inflasi dan tingkat keterbukaan akun modal. Selain itu, saya menggunakan 
estimator GMM untuk mengatasi masalah endogenitas dan untuk memeriksa keteguhan model 
empiris saya. Mengikuti Arellano dan Bond (1991), Arellano dan Bover (1995) dan
 Blundell dan Bond (1998), saya menyelesaikan masalah variabel dependen yang tertinggal 
sebagai variabel penjelas yang mungkin berkorelasi dengan county fixed effect dalam hal 
kesalahan, dengan meletakkannya di perbedaan pertama. Efisiensi Estimasi GMM bergantung 
pada keabsahan instrumennya. Untuk tujuan ini saya gunakan Hansen J-test untuk 
membuktikan atau menolak hipotesis nol untuk kepentingan keseluruhan dari keabsahan 
instrumen kemudian saya menggunakan uji AR (1) dan AR (2) untuk menguji hipotesis 
apakah istilah kesalahan tersebut tidak berkorelasi secara serial, yaitu tidak 
autokorelasi antara residu.
Saya tertarik untuk mengukur kebijakan fiskal kebijakan discretionary terhadap biaya output. 
Sejak anggaran keseimbangan bisa berjalan dengan arah yang sama dengan pergerakan pertumbuhan PDB, 
Saya harus menguraikan saldo anggaran menjadi komponen struktural dan siklisnya untuk menilai ukuran 
fiskal selama krisis keuangan. Saya mempekerjakan metode standar yang digunakan oleh Blanchard, (1990), 
(Li dan Tang (2010) dan Hutchison Di Al (2010), untuk mengekstrak tren dan ukuran siklus dari anggaran 
keseimbangan. Kebijakan fiskal yang saya hitung dari sisa masing-masing negara berdasarkan persamaan 
berikut. Ini adalah ukuran standar untuk posisi fiskal yang memungkinkan kita untuk menemukan ukuran 
fiskal discretionary. Ada beberapa cara untuk mengukur kebijakan moneter, saya mengikuti Li 
dan Tang (2010) dan Hutchison Di Al (2010), Baig dan Goldfajn (2001), Goldfajn dan 
Gupta (2003) dan mereka mempertimbangkan perubahan tingkat diskonto dan cadangan 
internasional. Saya menilai perubahan dalam kebijakan moneter yang menerapkan tingkat 
diskonto karena suku bunga adalah tidak tersedia untuk  ukuran negara berkembang. 
Apalagi saya menggunakan discount rate karena berada di bawah kendali moneter otoritas 
di negara berkembang dan negara berkembang lainnya. Perubahan kebijakan moneter tersebut 
dihitung sebagai negara / tahun dimana terjadi perubahan tingkat diskonto bulanan melebihi 
dua standar deviasi spesifik negara di atas rata-rata negara tertentu. Perhitungannya 
berdasarkan dari literatur sebelumnya yang menguji dampak kebijakan moneter selama krisis
 keuangan. Jadi saya membangun variabel dummy dengan 1 pengetatan moneter dan 0 sebaliknya 
karena tidak mengencangkan. Dengan cara yang sama, saya membangun ekspansi moneter, 
\sebagai negara / tahun di mana perubahan bulanan atau tingkat diskonto lebih kecil 
setidaknya oleh dua standar deviasi spesifik negara. Jadi saya membuat variabel dummy 
dengan 1 untuk satu tahun atau ekspansi moneter lebih banyak dan 0 sebaliknya 
(1 kalah dan 0 tidak kalah). Untuk memeriksa efisiensi kebijakan moneter, saya menggunakan 
ukuran kedua kebijakan moneter / nilai tukar - perubahan cadangan internasional. Akumulasi 
Cadangan devisa dikaitkan dengan ekspansi basis moneter yang mana adalah instrumen 
kerugian finansial. De-akumulasi cadangan internasional adalah dikaitkan dengan 
kontraksi basis moneter yang merupakan instrumen dari pengetatan moneter akumulasi 
cadangan dihitung sebagai negara / tahun di Indonesia dimana perubahan dalam cadangan 
bulanan melebihi dua standar spesifik negara penyimpangan di atas negara lainnya. 
Jadi saya membangun boneka variabel dengan 1 akumulasi cadangan dan 0 sebaliknya untuk 
ekspansi moneter. Dengan cara yang sama, saya membangun kontraksi moneter, di mana 
cadangan akumulasi dihitung sebagai negara / tahun dimana terjadi perubahan bulanan 
cadangan melebihi dua standar deviasi standar negara di bawah negara lainnya. Saya 
menggunakan ukuran biner untuk menghindari masalah endogenisitas karena reaksi moneter 
mungkin berkorelasi dengannya variabel dependen Untuk uji endogenety saya juga menggunakan 
ekonometri kedua tekniknya yaitu estimator GMM.
 
KESIMPULAN
 
Artikel ini menganalisis tentang pengaruh makroekonomi kebijakan moneter dan fiskal yang biaya 
output atau kerugian selama krisis keuangan di negara berkembang dan negara berkembang lainnya.
 Krisis perbankan dan krisis mata uang sering diikuti dengan depresi berat di tahun 2007 negara, namun 
tidak ada konsensus profesional di antara peneliti dalam hal campuran makroekonomi optimal selama krisis 
keuangan di antara negara. Untuk menjawab pertanyaan ini, saya memeriksa 83 episode dalam 66 
pengembangan dan negara berkembang, yang menerapkan regresi cross sectional dengan kesalahan standar 
yang kuat dan estimator GMM untuk menjelaskan berbagai faktor kehilangan output selama krisis keuangan.
 Menerapkan teknik OLS yang berbeda dengan kesalahan standar yang kuat dan Estimasi GMM 
menunjukkan bahwa kontraksi moneter dan fiskal selama krisis keuangan dikaitkan dengan penurunan 
output yang lebih besar. Saya tahu fiskal ekspansi dikaitkan dengan kehilangan output yang lebih kecil 
selama episode ini, sedangkan Ekspansi moneter tidak menunjukkan efek yang jelas dan koefisien secara 
statistik tidak penting. Apalagi, hasilnya menunjukkan perkembangan terhadap kebijakan fiskal di berbagai 
negara. Oleh karena itu, campuran kebijakan makroekonomi dengan discretionary ekspansi fiskal dan kebijakan
 moneter yang netral cenderung mengurangi biaya output selama krisis keuangan di negara-negara ini.
 Link jurnal
https://drive.google.com/file/d/18HirEgIQAZShYUtdsB7o9vCRjiIPQSlc/view?usp=drivesdk
 

Minggu, 11 Maret 2018

UANG DAN FISKAL


Nama : Fivi Sri Miranti
Npm : 1601270042
Dosen : Totok Harmoyo SE, M.SI
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

BAB II
UANG DAN INFLASI

Pada bab ini kita akan mengkaji teori klasik tentang sebab-sebab, dampak, dan biaya sosial inflasi. Teori tersebut “Klasik” dalam arti bahwa teori ini mengasumsikan harga sepenuhnya pleksibel. Sebagaimana telah kita bahas pada bab 1, kebanyakan ekonom percaya bahwa asumsi ini secara akurat menjelaskan perilaku perekonomian dalam jangka panjang. Sebaliknya, banyak harga diperkirakan sulit berubah dalam jangka pendek. Kita akan melihat bahwa teori inflasi klasik tidak hanya memberikan penjelasan yang baik tentang jangka panjang, tetapi memberikan pondasi yang berguna untuk analisi jangka pendek yang akan kita kembangkan nanti.
Kekuatan hukum ekonomi yang tersembunyi yang menyebabkan inflasi tidak semisterius sebagaimana klaim Keynes dalam pernyataan yang membuka bab ini. Inflasi adalahan kenaikan dalam tingkat harga rata-rata, dan harga adalah tingkat dimana uang dipertukarkan untuk barang atau jasa. Oleh karena itu, untuk memahami inflasi kita harus memahami apakah auang itu, apa yang mempengaruhi penawaran dan permintaannya, serta apa pengaruhnya terhadap perekonomian.

FUNGSI UANG
Uang memiliki tiga tujuan yaitu sebagai penyimpan nilai, unit hitung, dan media pertukaran.
*Sebagai penyimpan nilai, uang adalah daya beli dari masa kini ke masa depan. Jika saya bekerja hari ini dan mendapatkan $100, saya bisa menyimpan uang itu dan membelanjakannya besok, minggu depan, atau bulan depan. Tentu saja uang adalah penyimpan nilai yang tidak sempurna. Jika harga meningkat jumlah yang bisa anda beli dengan jumlah uang tertentu akan turun.
*Sebagai unit hitung, uang memberikan ukuran dimana harga ditetapkan dan utang dicatat. Mikriekonomi mengajarkan kita bahwa sumber daya dialokasikan menurut harga relatif atau harga suatu barang juga relatif terhadap barang-barang lainnya tetapi menyatakan harganya dalam dolar dan sen. Demikian pula, kebayakan utang meminta para pengutang membayar sejumlah uang dimasa depan, bukan sejumlah berapa komoditas tertentu. Uang adalah ukuran yang kita gunakan untuk mengukur transaksi ekonomi.
Untuk lenih baik memahami fungsi uang, cobalah bayangkan suatu perekonomian tanpa uang: perekonomia barter. Di dunia semacam itu perdagangan membutuhkan double coincedence of wants, peristiwa kebetulan yang jarang terjadi  dua orang yang masing-masing barang yang di inginka pihak lain berada pada waktu dan tempat yang tepat.
Uang membuat transaksi tidak langsung menjadi mungki. Seorang profesor menggunakan gajinya untuk membeli buku. Penerbit buku menggunakan penerimaannya dari penjual bukunya untuk membeli kertas, perusaha kertas menggunkan penerimanya dari penjual kertas untuk membayar potongan kayu, sang pemotong kayu menggunkan pendapatannya untuk membayar gaji profesor. Dalam perekonomian modren yang kompleks peradaganya biasanya tidak langsung dan membutuhkan penggunaan uang.

JENIS-JENIS UANG                                                 
Uang memiliki banyak bentuk. Dalam perekonomian AS kita melakukan transaksi dengan sesuatu, yang fungsi tunggalnya adalah bertindak seperti uang, uang dolar, kertas hijau dengan potret kecil dari orang-orang terkenal Amerika ini akan memiliki nilai yang kecil jika tidak diterima sebagai uang. Uang yang tidak memiliki nilai interinsik disebut uang atas unjuk karena ditetapkan sebagai uang menurut dekrit pemerintah atau atas unjuk pemerintah.
Meskipun uang atas unjuk sudah menjadi kebiasaan di sebagian bear perekonomian dewasa ini, di masa lalu sebagian besar masyarakat telah menggunkan komoditas dengan nilai intrinsik sebagi uang. Uang ini disebut uang komoditas. Contohnya uang komoditas yang paling banyak digunakan adalah emas. Ketika orang menggunkan emas sebagai uang, perekonomian itu dikatakan menggunakan standar emas. Emas adalah bentuk uang komoditas karena bisa digunakan untuk berbagai tujuan perhiasan, penambalan gigi dan lain sebagainya untuk transaksi. Standar emas berlaku di dunia pada abad kesembilan belas.
TEORI KUANTITAS UANG
Orang memegang uang untuk membeli barang dan jasa. Semakin banyak uang yang mereka butuhkan untuk bertransaksi, semakin banyak uang yang mereka pegang. Jadi, kuantitas uang dalam perekonomian sangat erat kaitannya. Dengan jumlah dolar yang dipertukarkan dalam transaksi.
Hubungan diantara transaksi dan uang ditunjukkan dalam persamaan berikut, yang disebut persamaan kuantitas.
Uang × Perputaran = Harga × Transaksi
M × V = P × T
Sisi kiri persamaan kuantitas menyatakan uang yang digunakan untuk melakukan transaksi. M adalah kuantitas uang. V disebut perputaran uang transaksi dan mengukur dimana tingkat diman uang bersikulasi dalam perekonomian. Dengan kata lain, perputaran menyatakan berapa kali uang berpindah tnagan dalam periode waktu tertentu.
Misalnya anggaplah 60 roti dijual dalam waktu tertentu seharga $0,50 per buah. Maka T sama denga 60 roti per tahun, dan P sama dengan $0,50 per roti. Jumlah uang total ynag dipertukarkan adalah
PT = $0,50/roti × 60 roti/ tahun = $30/ tahun.
Sisi kanan dari persamaan kuantitas sama dengan $30 per tahun, yang merupakan  nilai dolar dari seluruh transaksi.
Anggaplah jumlah uang dalam perekonomian adalah $10. Dengan mengatur kembali persamaan kuantitas, kita bisa menghitung perputaran sebagi
V = PT/ M
                                                           = ($30/ tahun) / ($10)
                                                           = 3 kali per tahun.
Persamaan kuantitas adalah sebuah identitas. Definisi dari empat variabel membuat nilainya benar. Persamaan ini bergubakan karena menunjukkan bahwa jika suatu variabel itu berubah, satu atau lebih variabel lainnya juga harus berubah untuk menjaga kesamaan.
DARI TRANSAKSI MENJADI PENDAPAT
Transaksi dan output sangat berkaitan,karena semakin banyak perekonomian berproduksi semakin banyak pula barang yang akan dibeli dan dijual. Namun demikian keduanya tidak sama, ketika seseorang menjual mobil bekas bukan bagian dari output sekarang.  Akan tetapi nilai uang dari transaksi adalah proposional terhadap nilai uang dari output.
Jika Y menyatakan jumlah output dan P menyatakan harga dari satu unit output, maka nilai uang dari output adalah PY. Kita sudah mengenal variabel ini saat membahas pos pendapatan nasional yaitu Y adalah GD Rill, P adalah deflator GDP, dan PY adalah GDP Nominal. Persamaan kuantitas menjadi .
Uang × Perputaran = Harga × Output
M × V = P × Y

FUNGSI PERMINTAAN UANG DAN PERASAMAAN KUANTITAS
Keseimbangan uang rill mengukur daya beli dari persediaan uang. Fungsi permintaan uang adalah persamaan yang menunjukkan apa yang menentukan kuantitas keseimbangan uang rill yang ingin ditahan orang. Fungsi permintaan uang sederhana :
Dimana K adalah konstanta yang menyatkan berapa banyak uang yang ingin ditahan orang untuk setia dolar pendapatan. Persamaan ini menyatakan bahwa kuantitas keseimbangan uang rill yang digunakan adalaha proposional terhadap pendapatan rill. Fungsi permintaan unag mirip denga fungsi permintaan untuk barang tertentu. Disini barang adalaha kenyamanan mempertahankan keseimbangan uang rill. Sama seperti memiliki mobil akan mempermudah seseorang untuk bepergian. Fungsi permintaan uang ini menawarkan cara lain untuk memandang persamaan kuantitas, untuk melihat hal ini, tambahkan kondisi yang menyebabkan keseimbangan uang rill harus sama denga jumlah beredarnya M/ P kedalam fungsi permintaan uang, karena itu
M/ P = Ky
Lalu kita ubah persamaan ini menjadi
M(1/ k) = PY
Yang bisa ditulis menjadi
MV = PY.

ASUMSI PERPUTARAN KONSTAN
Persamaan kuantitas bisa  dianggap hanya sebagai suatu definisi, persamaan kuantitas mendefinisikan perputaran V sebagai rasio GDP Nominal, PY, terhadap kuantitas uang M. Tetapi jika kita membuat asumsi tambahan bahwa perputaran uang adalah konstan maka persamaan kuantitas menjadi teori dampak uang yang bermanfaat yang disebut teori kuantitas uang.
Sebagimana denga bnayak asumsi dalam ilmu ekonomi, asumsi perputaran konstan hanyalah suatu pendekatan terhadap realita. Perputaran berubah jika fungsi permintaan uang berubah. Padahal pengalaman menunjukkan bahwa asumsi perputaran konstan memberikan pendekatan yang baik dalam banyak situasi. Karena itu kita asumsikan bahwa perputaran adalah konstan dan melihat apakah asumsi ini menunjukkan pengaruh jumlah uang beredar terhadap perekonomian. Setelah kita menggunkan bahwa perputaran adalah konstan, persamaan kuantitas bisa dilihat sebagai teori yang menentukan GDP Nominal. Persamaan kuantitas menyebutkan dimana garis diatas V berarti perputaran adalah tetap. Karena itu perubahandalam kuantitas uang, harus menyebabkan perubahan yang propesional dalam GDP Nominal (PY).
UANG , HARGA, DAN INFLASI
Sekarang kita mempunyai teori yang menjelaskan apa yang menentukan seluruh tingkat harga perekonomian. Teori tersebut memiliki tiga unsur :
1.      Faktor- faktor produksi dan fungsi produksi menentukan tingkat output Y,
2.      Jumlah barang beredar M, menentukan nilai output nominal PY
3.      Tingkat harga P adalah rasio dari nilai nominal output PY terhadap tingkat output Y.
Dengan kata lain, kapabilitas produksi dan perekonomian menentukan GDP rill, kuantitas uang menentukan GDP nominal dan deflator  GDP adalah rasio dari GDP nominal terhadap GDP rill. Karena tingkat inflasi adalah perubahan persentase dalam tingkat harga teori tingkat harga ini juga merupakan teori tingkat inflasi. Persamaan kuantitas ditulis dalam bentuk perubahan persentase adalah
Perubahan % dalam M                       Perubahan  % dalam P +
=
              Perubahan % dalam V                       Perubahan % dalam Y.         
Jadi teori kuantitas uang menyatakan bahwa bank sentral yang menguasai jumlah uang beredar memiliki kendali atas tingkat inflasi. Jika bank sentral mempertahankan jumlah uang beredar tetap stabil, tingkat harga akan stabil. Jika bank sentral meninhkatkan jumlah uang beredar dengan cepat, tingkat harga akan meningkat dengan cepat.
UANG MASA DEPAN DAN HARGA SEKARANG
Uang, harga dan tingkat biaya sekarang dikaitkan dengan berbagai cara, sebagimana dijelaskan oleh teori kuantitas uang jumlah unag beredar dan permintaan uang beredar dan permintaan uang sama-sama menentukan ekuilibrium tingkat harga. Perubahan dalam tingkat harga adalah menurut definisi, tingkat inflasi sebaliknya mempengaruhi tingkat bunga nominal melalui efek fisher, namun sekarang karena tingkat bungan nominal adalah biaya dan memegang uang, tingkat bunga nominal memberikan umpan balik untuk mempengaruhi permintaan terhadap uang.

*IKHTISAR
1.      Uang adalah persedian aset yang digunakan untuk transaksi. , uang bertindak sebagai penyimpan nilai , unit hitung, dan media pertukaran.
2.      Teori kuantitas uang mengasumsikan bahwa perputaran uang adalah stabil dan menyimpulkan bahwa GDP Nominal adalah proporsional terhadap persediaan uang.
3.      Tingkat bungan nominal adalah jumlah tingkat bunga rill dan tingkat inflasi.

Sabtu, 03 Maret 2018

MENGUKUR NILAI AKTIVITAS EKONOMI PRODUK DOMESTIK BRUTO

Nama : Fivi Sri Miranti
Npm: 1601270042
Kls : 4 A PAGI Perbankan Syariah
Dosen : Totok Harmoyo SE,M.AK
Universitas  Muhammadiyah Sumatera Utara



BAB I
MENGUKUR NILAI AKTIVITAS EKONOMI PRODUK DOMESTIK BRUTO

Produk domestik bruto sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian. Tujuan GDP adalah meringkas aktivitas ekonomi dalama suatu nilai uang untuk tertentu selama periode waktu tertentu. Ada dua cara untuk melihat statistik ini, salah satunya adalah dengan melihat GDP sebagai pendapatan total dari setiap orang di dalam perekonomian. Cara lain untuk melihat GDP adalah sebagai pengeluaran total atas output barang dan jasa perekonomian.
Bagaimana GDP mengukur pendapatan dan pengeluaran perekonomian atas outputnya?. Alasannya adalah bahwa jumlah keduanya benar-benar sama untuk perekonomian secara keseluruhan, pendapat harus sama dengan pengeluaran. Kenyataan itu sebaliknya, berasal dari fakta yang lebih mendasar, krena setiap transaksi memiliki pembeli dan penjual, maka setiap dolar yang dikeluarkan seorang pembeli harus menjadi pendapatan bagi seorang penjual.

Ø  Beberapa Kaidah Untuk Menghitung GDP
Dalam perekonomian yang hanya memproduksi roti, kita bisa menghitung GDP secara sederhana dengan menambahkan pengeluaran total atas roti. Akan tetapi, perekonomian rillsebuah negara meliputi produksi dan penjualan sejumlah besar barang serta jasa yang berbeda. Untuk menghitung GDP  dalam perekonomian yang lebih kompleks, akan sangat membantu jika memiliki definisi yang tepat. Produk domestik bruto (GDP) adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian selam kurun waktu tertentu.
Untuk menghitung nilai total dari barang dan jasa yang berbeda, pos pendapatan nasional menggunakan harga pasar karena mencerminkan banyaknya orang yang bersedia membayar untuk barang dan jasa.
GDP = (harga apel × jumlah apel) + (harga jeruk × jumlah jeruk)
          = ($0,50 × 4) + ($1,00 × 3)
          = $5,00

GDP sama dengan $5,00 – nilai seluruh apel $2,00 + nilai seluruh jeruk $3,00.
Ø GDP RILL Versus GDP Nominal
Para ahli ekonomi menggunakan kaidah yang baru saja dijelaskan untuk menghitung GDP yang berupa nilai output total barang dan jasa perekonomian. Tetapi apakah GDP merupakan ukuran yang baik dari kemakmuran ekonomi?. Dalam perekonomian ini GDP dalah jumlah dari  nilai seluruh apel dan seluruh jeruk yang diproduksi.
Untuk melihat bagaimana GDP rill dihitung, bayangkan kita ingin membandingkan output pada tahun 2006 dengan output pada tahun berikutnya dalam perekonomian apel dan jeruk kita. Kita bisa mulai dengan memilih sekumpulan harga, disebut harga dasar tahunan, misalnya harga yang berlaku pada tahun 2006. Barang dan jasa lalu ditambahkan dengan menggunakan harga dasar tahunan ini untuk menilai barang-barang yang berbeda di kedua tahun. GDP rill untuk tahun 2006 adalah :
GDP Rill = (harga apel 2006 × jumlah apel 2006) + (harga jeruk 2006 × jumlah
                     jeruk 2006).
Demikian pula, GDP Rill pada tahun 2007 adalah :
GDP Rill = (harga apel 2006 × jumlah apel 2007) + (harga jeruk 2006 × jumlah
                     jeruk 2007).
Dan GDP Rill pada tahun 2008 adalah :
GDP Rill = (harga apel 2006 × jumlah apel 2008) + (harga jeruk 2006 × jumlah jeruk 2008).
Lihatlah bahwa harga tahun 2006 digunakan untuk GDP rill untuk tiga tahun. Karena harga dipertahankan konstan, GDP rill bervariasi dari tahun ke tahun hanya jika jumlah yang diproduksi berbeda. Karena kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan ekonomi bagi para anggotanya sangat bergantung pada jumlah barang dan jasa yang diproduksi. Maka GDP rill memberikan ukuran kemakmuran ekonomi yang lebih baik ketimbang GDP nominal.

Ø  Deflator GDP
Dari GDP nominal dan GDP rill kita bisa menghitung statistik ketiga deflator GDP. Deflator GDP, juga disebut dengan deflator harga implisit untuk GDP, didefinisikan sebagai rasio GDP nominal terhadap GDP rill :
Deflator GDP mencerminkan apa yang sedang terjadi pada seluruh tingkat harga dalam perekonomian.
Defenisi deflator GDP memungkinkan kita memisahkan GDP nominal menjadi dua bagian : Satu bagian mengukur jumlah (GDP Rill) dan yang lain mengukur harga (Deflator GDP). Yaitu :
GDP Nominal = GDP Rill × Deflator GDP
GDP Nominal mengukur nilai uang yang berlaku dari output perekonomian. GDP rill mengukur output yang dinilai pada harga konstan. Deflator GDP mengukur harga output relatif terhadap harganya pada tahun dasar. Kita juga dapat menuliskan persamaan ini dengan :

Ø  Komponen- Komponen Pengeluaram
Para ekonomi dan para pembuat keputusan tidak hanya peduli pada output barang dan jasa total, tetapi juga alokasi dari output di antara berbagai alternatif. Pos pendapatan nasional membagi GDP menjadi empat kelompok pengeluaran diantaranya :
Konsumsi (C)
Investasi (I)
Pembelian Pemerintah (G)
Ekspor Netto (NX).

Jadi, dengan menggunakan simbol Y untuK GDP.
Y = C + I + G + NX.

Ø  Ukuran – Ukuran Pendapatan Lain
Pendapatan nasional mencakup ukuran-ukuran pendapatan lain yang agak berbeda dari GDP. Penting untuk memahami berbagai ukuran itu, karena para ekonomi dan media sering menjadikannya sebagai acuan.
Untuk melihat bagaimana ukuran-ukuran pendapatan lain alternatif itu saling terkait, kita mulai dengan GDP dan menambah atau mengurangi berbagai kuantitas. Untuk mendapatkan produk nasional bruto (Gross National Product, GNP), kita menambah penerimaan dari pendapatan faktor produksi (upah, laba, dan sewa) dari seluruh dunia dan mengurangi pembayaran dan  pendapatan faktor keseluruh dunia :
GNP = GDP + Pembayaran faktor dari Mancanegara – Pembayaran faktor ke Mancanegara.

Untuk mendapatkan produk nasional netto (Net National Product, NNT), kita kurang depresiasi modal  jumlah persedian pabrik, peralatan, dan struktur residensial perekonomian yang habis dipakai selama setahun :
NNP = GNP – Depresiai
Penyesuaian berikutnya dalam pos pendapatan nasional adalah untuk pajak bisnis tidak langsung, seperti pajak penjualan. Pajak penjualan yang jumlahnya kira-kira 10% dari NNP, memunculkan irisan di antara harga yang dibayar konsumen atas suatu barang dan harga yang diterima perusahaan, Karena perusahaan tidak pernah menerimannya, maka irisan pajak ini bukan bagian dari pendapatan mereka. Ketika mengurangi pajak usaha tidak langsung dari NNP, kita mendapatkan ukuran yang disebut pendapatan nasioanal.
Pendapatan Nasional = NNP – Pajak Tidak Langsung
Pendapatan nasional mengukur berapa banyak pendapatan yang diperoleh setiap orang dalam perekonomian.
Perbedaan antaran pendapatan  bunga perseorangan dan bunga netto muncul sebagian karena bunga atas uang pemerintah adalah bagian dari bunga yang diterima rumah tangga tetapi bukan bukan bagian dari bunga yang dibayarkan perusahan. Jadi, pendapatan perseorangan adalah :
Pendapatan Perseorang = Pendapatan Nasional
-          Laba Korporasi
-          Kontribusi Asuransi Sosial
-          Bunga Netto
+    Deviden
+    Tranver Pemerintah Pada Individu
+    Pendapatan Bunga Perseorangan
Pendapatan Perseorangan Disposabel = Pendapatan Perseorangan – Pembayaran Pajak Dan Nonpajak Perseoranga.

Ø  Harga Sekelompok Barang
Ukuran mengenai tingkat harga yang paling banyak digunakan adalah indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI). Bruto statistik tenaga kerja yang merupakan bagian dari departemen tenaga kerja AS bertugas menghitung CPI. Perhitungan itu dimulai dengan mengumpulkan harga dari ribuan barang dan jasa. Jika GDP mengubah jumlah berbagai barang dan jasa menjadi sebuah angka tunggal yang mengukur nilai produksi. CPI mengubah harga berbagi barang dan jasa menjadi sebuah indeks tunggal yang mengukur tingkat harga.
Sebagi contoh, anggaplah seorang konsumen membeli 5 apel dan 2 jeruk setiap bulannya. Kelompok barang itu terdiri dari 5 apel dan 2 jeruk, dan CPI nya adalah :

Pada CPI ini, tahun 2006 adalah tahun dasar. Indeks itu menyatakan berapa biaya yang harus dibelanjakan untuk membeli 5 apel dan 2 jeruk sekarang relatif terhadap harga buah yang sama pada tahun 2006.
Indeks harga konsumen adalah indeks harga yang paling sering dipakai tetapi bukan satu-satunya indeks. Masih ada indeks harga produsen yang mengukur  harga sekelompok barang yang dibeli perusahaan, bukan konsumen. Selain indeks harga keseluruhan. Biro stratistik tenaga kerja juga menghitung indeks harga untuk jenis-jenis barang tertentu seperti makanan, perumahan, dan energi.

Ø  CPI Versus Deflator GDP
Perbedaan pertama adalah bahwa deflator GDP mengukur harga eluruh barang dan jasa yang diproduksi sedangkan CPI hanya mengukur harga barang atau jasa yang dibeli konsumen. Jadi, peningkatan dalam harga barang yang diproduksi oleh perusahaan tau pemerintah akan tampak meningkat dalam deflator GDP tetapi tidak dalam CPI.
Perbedaan kedua adalah bahwa deflator GDP hanya mencakup barang dan jasa yang diproduksi secara domestik. Barang-barang impor bukan merupakan bagian dari GDP dan tidak meningkatkan deflator GDP. Jadi, kenaikan harga Toyota yang dibuat di Jepang dan di jual di negara ini menpengaruhi CPI, karena Toyota dibeli oleh konsumen tetapi tidak mempengaruhi deflator GDP.
Perbedaan ketiga adalah yang paling halus disebabkan oleh cara kedua ukuran itu mengagregatkan berbagai tingkat harga dalam perekonomian. CPI menggunakan timbangan terhadap harga barang yang berbeda sedangkan deflator GDP menggunkan sekelompok barang tetapi tidak tetap.
Perhatikan bahwa seseorang yang ingin bekerja tetapi menyerah mencari pekerjaan, pekerja yang putus asa juga dianggap tidak berada dalam angkatan kerja. Angkatan kerja didefinisikan sebagai jumlah orang yang sedang bekerja dan orang yang menganggur, dan tingkat pengangguran didefinisikan sebagai persentase dari angkatan kerja yang tidak bekerja, yaitu :
Angkatan Kerja = Jumlah Orang Ynag Bekerja + Jumlah Pengangguran.
Dan
Tingkat Pengangguran =

Statistik terkait adalah tingkat partisifasi angkatang-angkatan, persentase dari populasi orang dewasa yang ada dalam angkatan kerja.
Tingkat Partisifasi Angkatan Kerja = × 100.

Biro statistik tenaga kerja menghitung statistik ini untuk seluruh populasi dan untuk kelompok di dalam populasi laki-laki dan wanita, kulit putih dan kulit hitam, remaja dan usia kerja.
Angkatan kerja = 139,3 + 8,1 = 147,4 juta
Tingkat pengangguran = (8,1 / 147,4) × 100 = 5,5%
Tingkat partisifasi angkatan kerja = (147,4 / 223,4) × 100 = 66.0%.
Jadi, kira-kira dua pertiga dan populasi orang dewasa berada dalam angkatan kerja dan kira-kira 5,5% di antaranya tidak memiliki pekerjaan.