Jumat, 06 Oktober 2017

Pendapatan Nasional Dalam Pendekatan Ekonomi Islam

Nama : Fivi Sri Miranti
Npm : 1601270042
Prodi : Perbankan Syariah
Dosen : Totok Harmoyo, M. Si
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


 
BAB 2 : Pendapatan Nasional Dalam Pendekatan Ekonomi Islam
 
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Pendapatan Nasional

     Secara sederhana pendapatan nasional dapat diartikan sebagai jumlah barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara pada periode tertentu dan biasanya satu tahun. Istilah yang terkait dengan pendapatan nasional beragam, antara lain : Produk domestik bruto (Gross Domestic Prodact) , Produk nasional bruto (Gross National Product), serta Produk nasional neto (Net National Product).
Perhitungan pendapatan nasional akan memberikan perkiraan GDP secara teratur yang merupakan ukuran dasar dari performasi perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa.
 Pendapatan nasional yang merupakan ukuran terhadap aliran uang dan barang dalam perekonomian dapat dihitung dengan tiga pendekatan yaitu :
  1. Pendekatan produksi (Production approach).
  2. Pendekatan pendapatan (Income approach).
  3. Pendekatan pemgeluaran (Expenditure approach).
#Pendapatan Nasional dengan Pendekatan Produksi (Gross Domestic Product)
      Perhitugan pendapatan nasional dengan pendekatan produksi diperoleh dengan menjumlahkan nilai tambah bruto (Gross velue added) dari semua sektor produksi. Sebagai contoh kita tidak akan memasukkan seluruh harga sebuah pakaian kedalam perhitungan pendapatan nasional dan kemudian juga memasukkan kain, benang, ataupun kapas sebagai bagian dari perhitungan pendapatan nasional. Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan produksi di Indonesia dengan menjumlahkan semua sektor industri yang ada, sektor industri tersebut dikelompokkan menjadi 11 sektor atas dasar ISIC (International standard industrial classification) :
  1. Sektor produksi pertanian
  2. Sektor produksi pertambangan dan penggalian
  3. Sektor industri manufaktur
  4. Sektor produksi listrik, gas, dan air minum
  5. Sektor produksi bangunan
  6. Sektor produksi perdagangan, hotel, dan restoran
  7. Sektor produksi transportasi dan komunikasi
  8. Sektor produksi bank dan lembaga keuangan lainnya
  9. Sektor produksi sewa rumah
  10. Sektor produksi pemerintahan dan pertahanan
  11. Sektor produksi jasa lainnya.
#Pendapatan Nasional dengan Pendekatan Pengeluaran (Gross National Product)
      Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran dilakukan dengan menjumlahkan permintaan akhir unit-unit ekonomi yaitu:
  1. Rumah tangga berupa konsumsi (Consumption/C)
  2. Perusahaan berupa investasi (Investmnet/I)
  3. Pengeluaran pemerintah (Goverment/G)
  4. Pengeluaran ekspor dan impor (Export-import/X-M).
Dari penjelasan perbedaan GDP dengan GNP diatas, maka ada 3 kondisi yang mungkin terjadi pada suatu negara :
  1. Nilai GDP lebih besar dari GNP (GDP>GNP)
  2. Nilai GDP lebih kecil dari GNP (GDP<GNP)
  3. Nilai GDP sama dengan GNP (GDP=GNP).
#Pendepatan Nasional dengan Pendekatan Pendapatan (Net National Product)
      Berbeda dengan GNP, maka NNP merupakan GNP dikurangi penyusutan dari stok modal yang ada selama periode tertentu. Penyusutan merupakan ukuran dari bagian GNP yang harus disisihkan untuk menjaga kapasitas produksi dari perekonomian. Dan biasanya data GNP lebih banyak digunakan dibandingkan dengan NNP karena persoalan estimasi penyusutan mungkin tidak teliti dan juga tidak tersedia dengan cepat sedangkan perkiraan GNP tersedia dalam bentuk sementara.

   B. Pendapatan Nasional Dalam Perspektif Ekonomi Islam
           Pendekatan ekonomi konvensional menyatakan GDP atau GNP rill dapat dijadikan sebagai suatu ukuran kesejahteraan ekonomi atau kesejahteraan pada suatu negara. Pada waktu GNP naik, maka diasumsikan bahwa rakyat secara materi bertambah baik posisinya atau sebaliknya, tentunya setelah dibagi dengan jumlah penduduk (GNP perkapita). Nordhaus dan Tobin dari Yale bersama-sama pada tahun 1972 mengajukan konsep MEW (Meansure of economic welfare), akan tetapi konsep ini tidak berkembang dan sampai saat ini cenderung penggunaan GDP rill/kapita sebagai indikator kesejahteraan suatu negara sebagai berikut :
  1. Umumnya hanya produksi yang masuk pasar saja yang dihitung dalam GNP. 
  2. GNP juga tidak menghitung nilai waktu istirahat (Leisure time), padahal ini sangat besar pengaruhnya dalam kesejahteraan.
  3. Kejadian buruk seperti bencana alam tidak dihitung dalam GNP, padahal kejadian tersebut jelas mengurangi kesejahteraan.
  4. Masalah polusi yang sering tidak dihitung dalam GNP, dan banyak sekali pabrik-pabrik yang dalam kegiatan produksinya menghasilkan polusi air maupun udara.
   Pada intinya, ekonomi islam harus mampu menyediakan suatu cara untuk mengukur kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan sosial berdasarkan sistem moral dan sosial islam (Manna,1984). Setidaknya ada empat hal yang semestinya bisa diukur dengan pendekatan pendapatan nasional berdasarkan ekonomi islam, sehingga tingkat kesejahteraan bisa dilihat secara lebih jernih dan tidak bias. Empat hal tersebut (Nasution, dkk.2006) :
  1. Pendapatan nasional harus dapat mengukur penyebaran pendapatan individu rumah tangga
  2. Pendapatan nasional harus dapat mengukur produksi di sektor perdesaan
  3. Pendapatan nasional harus dapat mengukur kesejahteraan ekonomi islami
  4. Penghitungan pendapatan nasional sebagai ukuran dari kesejahteraan sosial islami melalui pendugaan nilai santunan antar saudara dan sedekah.         



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar