Sabtu, 03 Maret 2018

MENGUKUR NILAI AKTIVITAS EKONOMI PRODUK DOMESTIK BRUTO

Nama : Fivi Sri Miranti
Npm: 1601270042
Kls : 4 A PAGI Perbankan Syariah
Dosen : Totok Harmoyo SE,M.AK
Universitas  Muhammadiyah Sumatera Utara



BAB I
MENGUKUR NILAI AKTIVITAS EKONOMI PRODUK DOMESTIK BRUTO

Produk domestik bruto sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian. Tujuan GDP adalah meringkas aktivitas ekonomi dalama suatu nilai uang untuk tertentu selama periode waktu tertentu. Ada dua cara untuk melihat statistik ini, salah satunya adalah dengan melihat GDP sebagai pendapatan total dari setiap orang di dalam perekonomian. Cara lain untuk melihat GDP adalah sebagai pengeluaran total atas output barang dan jasa perekonomian.
Bagaimana GDP mengukur pendapatan dan pengeluaran perekonomian atas outputnya?. Alasannya adalah bahwa jumlah keduanya benar-benar sama untuk perekonomian secara keseluruhan, pendapat harus sama dengan pengeluaran. Kenyataan itu sebaliknya, berasal dari fakta yang lebih mendasar, krena setiap transaksi memiliki pembeli dan penjual, maka setiap dolar yang dikeluarkan seorang pembeli harus menjadi pendapatan bagi seorang penjual.

Ø  Beberapa Kaidah Untuk Menghitung GDP
Dalam perekonomian yang hanya memproduksi roti, kita bisa menghitung GDP secara sederhana dengan menambahkan pengeluaran total atas roti. Akan tetapi, perekonomian rillsebuah negara meliputi produksi dan penjualan sejumlah besar barang serta jasa yang berbeda. Untuk menghitung GDP  dalam perekonomian yang lebih kompleks, akan sangat membantu jika memiliki definisi yang tepat. Produk domestik bruto (GDP) adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian selam kurun waktu tertentu.
Untuk menghitung nilai total dari barang dan jasa yang berbeda, pos pendapatan nasional menggunakan harga pasar karena mencerminkan banyaknya orang yang bersedia membayar untuk barang dan jasa.
GDP = (harga apel × jumlah apel) + (harga jeruk × jumlah jeruk)
          = ($0,50 × 4) + ($1,00 × 3)
          = $5,00

GDP sama dengan $5,00 – nilai seluruh apel $2,00 + nilai seluruh jeruk $3,00.
Ø GDP RILL Versus GDP Nominal
Para ahli ekonomi menggunakan kaidah yang baru saja dijelaskan untuk menghitung GDP yang berupa nilai output total barang dan jasa perekonomian. Tetapi apakah GDP merupakan ukuran yang baik dari kemakmuran ekonomi?. Dalam perekonomian ini GDP dalah jumlah dari  nilai seluruh apel dan seluruh jeruk yang diproduksi.
Untuk melihat bagaimana GDP rill dihitung, bayangkan kita ingin membandingkan output pada tahun 2006 dengan output pada tahun berikutnya dalam perekonomian apel dan jeruk kita. Kita bisa mulai dengan memilih sekumpulan harga, disebut harga dasar tahunan, misalnya harga yang berlaku pada tahun 2006. Barang dan jasa lalu ditambahkan dengan menggunakan harga dasar tahunan ini untuk menilai barang-barang yang berbeda di kedua tahun. GDP rill untuk tahun 2006 adalah :
GDP Rill = (harga apel 2006 × jumlah apel 2006) + (harga jeruk 2006 × jumlah
                     jeruk 2006).
Demikian pula, GDP Rill pada tahun 2007 adalah :
GDP Rill = (harga apel 2006 × jumlah apel 2007) + (harga jeruk 2006 × jumlah
                     jeruk 2007).
Dan GDP Rill pada tahun 2008 adalah :
GDP Rill = (harga apel 2006 × jumlah apel 2008) + (harga jeruk 2006 × jumlah jeruk 2008).
Lihatlah bahwa harga tahun 2006 digunakan untuk GDP rill untuk tiga tahun. Karena harga dipertahankan konstan, GDP rill bervariasi dari tahun ke tahun hanya jika jumlah yang diproduksi berbeda. Karena kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan ekonomi bagi para anggotanya sangat bergantung pada jumlah barang dan jasa yang diproduksi. Maka GDP rill memberikan ukuran kemakmuran ekonomi yang lebih baik ketimbang GDP nominal.

Ø  Deflator GDP
Dari GDP nominal dan GDP rill kita bisa menghitung statistik ketiga deflator GDP. Deflator GDP, juga disebut dengan deflator harga implisit untuk GDP, didefinisikan sebagai rasio GDP nominal terhadap GDP rill :
Deflator GDP mencerminkan apa yang sedang terjadi pada seluruh tingkat harga dalam perekonomian.
Defenisi deflator GDP memungkinkan kita memisahkan GDP nominal menjadi dua bagian : Satu bagian mengukur jumlah (GDP Rill) dan yang lain mengukur harga (Deflator GDP). Yaitu :
GDP Nominal = GDP Rill × Deflator GDP
GDP Nominal mengukur nilai uang yang berlaku dari output perekonomian. GDP rill mengukur output yang dinilai pada harga konstan. Deflator GDP mengukur harga output relatif terhadap harganya pada tahun dasar. Kita juga dapat menuliskan persamaan ini dengan :

Ø  Komponen- Komponen Pengeluaram
Para ekonomi dan para pembuat keputusan tidak hanya peduli pada output barang dan jasa total, tetapi juga alokasi dari output di antara berbagai alternatif. Pos pendapatan nasional membagi GDP menjadi empat kelompok pengeluaran diantaranya :
Konsumsi (C)
Investasi (I)
Pembelian Pemerintah (G)
Ekspor Netto (NX).

Jadi, dengan menggunakan simbol Y untuK GDP.
Y = C + I + G + NX.

Ø  Ukuran – Ukuran Pendapatan Lain
Pendapatan nasional mencakup ukuran-ukuran pendapatan lain yang agak berbeda dari GDP. Penting untuk memahami berbagai ukuran itu, karena para ekonomi dan media sering menjadikannya sebagai acuan.
Untuk melihat bagaimana ukuran-ukuran pendapatan lain alternatif itu saling terkait, kita mulai dengan GDP dan menambah atau mengurangi berbagai kuantitas. Untuk mendapatkan produk nasional bruto (Gross National Product, GNP), kita menambah penerimaan dari pendapatan faktor produksi (upah, laba, dan sewa) dari seluruh dunia dan mengurangi pembayaran dan  pendapatan faktor keseluruh dunia :
GNP = GDP + Pembayaran faktor dari Mancanegara – Pembayaran faktor ke Mancanegara.

Untuk mendapatkan produk nasional netto (Net National Product, NNT), kita kurang depresiasi modal  jumlah persedian pabrik, peralatan, dan struktur residensial perekonomian yang habis dipakai selama setahun :
NNP = GNP – Depresiai
Penyesuaian berikutnya dalam pos pendapatan nasional adalah untuk pajak bisnis tidak langsung, seperti pajak penjualan. Pajak penjualan yang jumlahnya kira-kira 10% dari NNP, memunculkan irisan di antara harga yang dibayar konsumen atas suatu barang dan harga yang diterima perusahaan, Karena perusahaan tidak pernah menerimannya, maka irisan pajak ini bukan bagian dari pendapatan mereka. Ketika mengurangi pajak usaha tidak langsung dari NNP, kita mendapatkan ukuran yang disebut pendapatan nasioanal.
Pendapatan Nasional = NNP – Pajak Tidak Langsung
Pendapatan nasional mengukur berapa banyak pendapatan yang diperoleh setiap orang dalam perekonomian.
Perbedaan antaran pendapatan  bunga perseorangan dan bunga netto muncul sebagian karena bunga atas uang pemerintah adalah bagian dari bunga yang diterima rumah tangga tetapi bukan bukan bagian dari bunga yang dibayarkan perusahan. Jadi, pendapatan perseorangan adalah :
Pendapatan Perseorang = Pendapatan Nasional
-          Laba Korporasi
-          Kontribusi Asuransi Sosial
-          Bunga Netto
+    Deviden
+    Tranver Pemerintah Pada Individu
+    Pendapatan Bunga Perseorangan
Pendapatan Perseorangan Disposabel = Pendapatan Perseorangan – Pembayaran Pajak Dan Nonpajak Perseoranga.

Ø  Harga Sekelompok Barang
Ukuran mengenai tingkat harga yang paling banyak digunakan adalah indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI). Bruto statistik tenaga kerja yang merupakan bagian dari departemen tenaga kerja AS bertugas menghitung CPI. Perhitungan itu dimulai dengan mengumpulkan harga dari ribuan barang dan jasa. Jika GDP mengubah jumlah berbagai barang dan jasa menjadi sebuah angka tunggal yang mengukur nilai produksi. CPI mengubah harga berbagi barang dan jasa menjadi sebuah indeks tunggal yang mengukur tingkat harga.
Sebagi contoh, anggaplah seorang konsumen membeli 5 apel dan 2 jeruk setiap bulannya. Kelompok barang itu terdiri dari 5 apel dan 2 jeruk, dan CPI nya adalah :

Pada CPI ini, tahun 2006 adalah tahun dasar. Indeks itu menyatakan berapa biaya yang harus dibelanjakan untuk membeli 5 apel dan 2 jeruk sekarang relatif terhadap harga buah yang sama pada tahun 2006.
Indeks harga konsumen adalah indeks harga yang paling sering dipakai tetapi bukan satu-satunya indeks. Masih ada indeks harga produsen yang mengukur  harga sekelompok barang yang dibeli perusahaan, bukan konsumen. Selain indeks harga keseluruhan. Biro stratistik tenaga kerja juga menghitung indeks harga untuk jenis-jenis barang tertentu seperti makanan, perumahan, dan energi.

Ø  CPI Versus Deflator GDP
Perbedaan pertama adalah bahwa deflator GDP mengukur harga eluruh barang dan jasa yang diproduksi sedangkan CPI hanya mengukur harga barang atau jasa yang dibeli konsumen. Jadi, peningkatan dalam harga barang yang diproduksi oleh perusahaan tau pemerintah akan tampak meningkat dalam deflator GDP tetapi tidak dalam CPI.
Perbedaan kedua adalah bahwa deflator GDP hanya mencakup barang dan jasa yang diproduksi secara domestik. Barang-barang impor bukan merupakan bagian dari GDP dan tidak meningkatkan deflator GDP. Jadi, kenaikan harga Toyota yang dibuat di Jepang dan di jual di negara ini menpengaruhi CPI, karena Toyota dibeli oleh konsumen tetapi tidak mempengaruhi deflator GDP.
Perbedaan ketiga adalah yang paling halus disebabkan oleh cara kedua ukuran itu mengagregatkan berbagai tingkat harga dalam perekonomian. CPI menggunakan timbangan terhadap harga barang yang berbeda sedangkan deflator GDP menggunkan sekelompok barang tetapi tidak tetap.
Perhatikan bahwa seseorang yang ingin bekerja tetapi menyerah mencari pekerjaan, pekerja yang putus asa juga dianggap tidak berada dalam angkatan kerja. Angkatan kerja didefinisikan sebagai jumlah orang yang sedang bekerja dan orang yang menganggur, dan tingkat pengangguran didefinisikan sebagai persentase dari angkatan kerja yang tidak bekerja, yaitu :
Angkatan Kerja = Jumlah Orang Ynag Bekerja + Jumlah Pengangguran.
Dan
Tingkat Pengangguran =

Statistik terkait adalah tingkat partisifasi angkatang-angkatan, persentase dari populasi orang dewasa yang ada dalam angkatan kerja.
Tingkat Partisifasi Angkatan Kerja = × 100.

Biro statistik tenaga kerja menghitung statistik ini untuk seluruh populasi dan untuk kelompok di dalam populasi laki-laki dan wanita, kulit putih dan kulit hitam, remaja dan usia kerja.
Angkatan kerja = 139,3 + 8,1 = 147,4 juta
Tingkat pengangguran = (8,1 / 147,4) × 100 = 5,5%
Tingkat partisifasi angkatan kerja = (147,4 / 223,4) × 100 = 66.0%.
Jadi, kira-kira dua pertiga dan populasi orang dewasa berada dalam angkatan kerja dan kira-kira 5,5% di antaranya tidak memiliki pekerjaan.

Senin, 08 Januari 2018

Mini Receard

Nama : Fivi Sri Miranti
Npm : 1601270042
Dosen : Totok Harmoyo M.Si
Prodi : Perbankan Syariah
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara



https://drive.google.com/file/d/1S8hihXxElc7F8VYX-aMw15KUd4uFoq17/view?usp=drivesdk

Kamis, 04 Januari 2018

PERAN WAQAF DALAM MENINGKATKAN UMMAH WELFARE MONZER KAHF

Nama : Fivi Sri Miranti
Npm  :  1601270042
Prodi : Perbankan Syariah
Dosen : Totok Harmoyo, M.Si
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

BAB 10
Peran Waqaf dalam Meningkatkan Ummah Welfare Monzer Kahf
  
Dalam bahasa arab waqaf artinya ditahan, dikurung atau dilarang. Kata waqaf digunakan dihukum 
islam dalam arti memegang properti tertentu dan melestarikan nya untuk terbatasnya manfaat
filantropi tertentu dan melarang penggunaan atau disposisi itu diluar tujuan spesifik nya.
  •  Bentuk dan Tujuan Waqaf   
Dalam sejarah islam waqaf pertama dikenal adalah masjid qubqh dimadinah, sebuah kota 400 km sebelah utara makkah yang dibangun setelah kedatangan Nabi Muhammad saw, Muhammad ditahun 622M sekarang berdiri ditempat yang sama dengan yang baru dan diperbesar struktuk.
  • Waqaf Relegius  
Waqaf keagamaan, dalam masyarakat mana pun dan untuk agama apapun, menambah sosial kesejahteraan suatu komunitas karena membantu memenuhi kebutuhan relegius masyarakat dan mengurangi biaya lansung untuk menyediakan layanan keagamaan bagi generasi masa depan.
  •  Waqaf Philantropic
Adalah jenis waqaf kedua, ini bertujuan untuk org miskin segmen masyarakat dan semua kegiatan yang diminati masyarakat luas seperti utilitas umum, orang miskin yang membutuhkan, perpustakaan, penelitian ilmiah, pendidikan, kesehatan layanan, jalan, jembatan, bendungan, dll.
  • Karakteristik Utama Waqaf Islam 
Sebagai jenis kebaikan khas Waaqf memiliki karakteristik  sebagai berikut ini:
Kedua karakteristik, atomisme dan lokalisme ini, dari manajemen Waqaf adalah sangat penting
dalam keberhasilan manajemen Waqaf karena mereka memungkinkan untuk kompetisi dan kontrol 
yang merupakan dua kunci efisiensi terutama jika kita tetap Ingatlah bahwa manajemen Waqaf 
biasanya tidak memiliki motif keuntungan pribadi. Setiap Mutawalli harus dapat membandingkan 
kinerjanya dengan Mutawalli lainnya di daerah tersebut dan (s) dia harus selalu berada di bawah 
mata masyarakat setempat dimana penerima manfaat hanyalah subset.Ini berarti bahwa sekali 
properti, seringkali real estat, didedikasikan sebagai Waqaf itu tetaplah Waqaf selamanya. 

Selasa, 12 Desember 2017

Keseimbangan Perekonomian Pendekatan (Aggregate demand and supply)

Nama : Fivi Sri Miranti
Npm  :  1601270042
Prodi : Perbankan Syariah
Dosen : Totok Harmoyo, M.Si
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

BAB 9 
Keseimbangan Perekonomian Pendekatan (Aggregate demand and supply)

  • Pasar Tenaga Kerja 
Pasar tenaga kerja adalah suatu keadaan dimana terdapat penawaran tenaga kerja yang berasal dari angkatan kerja  dan permintaan tenaga kerja yang berasal dari angkatan kerja dan permintaan tenaga kerja yang berasal dari perusahaan. Pasar tenaga kerja sangat dinamik karena setiap saat terjadi perubahan jumlah angkatan kerja, baik karena penambahan dari mereka yang baru lulus sekolah dan masuk ke dalam kelompok angkatan kerja ataupun pengurangan karena seseorang keluar dari kelompok angkatan kerja baik karena alasan pension dan lainnya.

Pada saat permintaan akan tenaga kerja tinggi, maka tingkat pengangguran akan rendah, sebaliknya jika permintaan akan tenaga kerja rendah, maka tingkat pengangguran akan meningkat. Semakin tinggi permintaan akan tenaga kerja, sedangkan penawaran tenaga kerja terbatas akan berdampak pada naiknya upah, sebaliknya jika permintaan tenaga kerja sedikit sedangkan penawaran tenaga kerja meningkat, maka upah akan turun.
  • Besaran Upah dalam Perspektif Ekonomi Konvensional
Menurut Blachard (2003) ada beberapa hal yang menentukan besaran upah yang dibayarkan ke pekerja sendiri dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :
  1. Besaran biaya yang harus ditanggung perusahaan ketika seorang pekerja meninggalkan perusahaan.
  2. Berapa besar kemungkinan seorang pekerja yang keluar dari perusahaannya untuk menemukan kembali pekerjaan yang baru.
  • Implikasi dari dua hal ini, maka dapat didefinisikan bahwa bargaining power tergantung dari dua hal, yaitu :
  1. Skill yang dimiliki oleh seorang pekerja , dan
  2. Kondisi pasar tenaga kerja secara umum.
  • Upah Tingkat Harga dan Pengangguran
W= P F(u,z)
Dimana : 
W : agregat nominal upah
P : tingkat harga yang diharapkan
u : tingkat pengangguran
z : sejumlag fasilitas yang diberikan kepada karyawan yang pada dasarnya menjadi penambah upah dan penambah biaya bagi perusahaan.
  • Penentu Besaran Harga 
Besaran harga yang ditetapkan oleh perusahaan akan tergantung kepada struktur biaya perusahaan. Sedangkan dalam kajian mikro, struktur biaya tergantung kepada fungsi produksi dimana harga dari input yang digunakan. Namun secara sederhana dalam jangka pendek jumlah output yang dihasilkan hanya ditentukan oleh jumlah tenaga kerja. Y = A.N
Dimana :
Y : output
N : tenaga kerja
A : produktivitas tenaga kerja atau output per pekerja.
  • Tingkat Pengangguran Alamiah
Tingkat pengangguran akan tergantung kepada hubungan antara besaran upah yang ditetapkan dan besaran harga yang ditetapkana. Bagaimana upah dan harga akan menentukan besaran pengangguran yang terjadi akan diuraikan sebagai berikut. Asumsi yang digunakan adalah bahwa besaran upah lebih tergantung kepada tingkat harga aktual dibandingkan dengan tingkat harga yang diperkirakan.
  • Pasar Tenaga Kerja dan Kurva Penawaran Agregat
Ada dua hal penting yang dimiliki oleh kurva aggregate supply :
  1. Output yang meningkat akan meningkatkan harga. Hubungan ini dapat dilihat dari beberapa langkah, yaitu output meningkat maka Y akan meningkat. Selanjutnya jika N meningkat maka pengangguran akan turun, selanjutnya akan meningkatkan upah dan pada akhirnya meningkatkan tingkat harga, sehingga secara singkat jika output meningkat maka tingkat harga secara umum akan meningkat.
  2. Harga yang meningkat tidak terlepas dari adanya ekspektasi harga yang meningkat. Hal ini terjadi karena ekspektasi harga akan mendorong meningkatnya upah dan akan meningkatkan tingkat harga.
  • Keseimbangan AD-AS
Keseimbangan AD-AS dibangun dari kurva AD dan kurva AS. Masing-masing kurva menunjukkan karakteristik yang berbeda, sesuai dari mana persamaan untuk masing-masing diturunkan. Kurva AD, dipengaruhi oleh jumlah uang beredar, belanja pemerintah, dan pajak. Hal ini karena kurva AD diturunkan dari keseimbangan di pasar uang dan pasar barang.
Y = Y(M/P,G,T).

Sementara itu, untuk kurva AS diturunkan dari keseimbangan di pasar tenaga kerja yaitu melalui price setting relation dan wage setting relation. Beberapa faktor yang mempengaruhi P adalah ekspektasi harga yang terjadi, besaran mark up, jumlah angkatan kerja, dan sejumlah fasilitas untuk pekerja. Atau secara matematis.
  • Tenaga Kerja, Upah, dan Penetapan Harga dalam Perspektif Ekonomi Islam
  • Tenaga Kerja dalam Perspektif Ekonomi Islam
Menurut Imam Syaibani; "Kerja merupakan usaha untuk mendapatkan uang atau harga dengan cara halal. Dalam islam kerja sebagai unsur produksi didasari konsep istikhlaf, dimana manusia bertanggung jawab untuk memakmurkan harta yang diamanatkan Allah untuk menutupi kebutuhan manusia".

Sedangkan Hadist Nabi yang berkaitan dengan bekerja dapat dikemukakan antara lain :
  1. Dari Ibnu Umar r.a ketika Nabi ditanya : Usaha apakah yang paling baik? Nabi menjawab yaitu pekerjaan yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan semua jual beli yang baik. 
  2. HR. Imam Bukhari "Sebaik-baiknya makanan yang dikonsumsi seseorang adalah makanan yang dihasilkan oleh kerasnya dan sesungguhnya Nabi Daud as mengonsumsi makanan dari hasil keringatnya (kerja keras)".
  • Kontrak Tenaga Kerja (Ijarah) dalam Perspektif Ekonomi Islam
Ijarah adalah pemilik jasa dari seseorang ajir (orang yang dikontrak tenaganya) oleh musta'jir (orang yang mengontrak tenaga), serta pemilikan harta dari pihak musta'jir oleh seorang ajir.

Hal-hal yang terkait dengan kesepakatan kerja dapat diuraikan sebagai berikut :
  1. Ketentuan kerja 
  2. Bentuk kerja 
  3. Waktu kerja
  4. Gaji kerja.

Teori Inflasi Dalam Perspektif Ekonomi Islam

Nama : Fivi Sri Miranti
Np : 1601270042
Prodi : Perbankan Syariah
Dosen : Totok Harmoyo. M,Si.
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


BAB 8
Teori Inflasi Dalam Perspektif Ekonomi Islam 
  • Pengertian, Penyebab, Jenis, dan Dampak Inflasi dalam Perspektif Ekonomi Konvensional
Menurut Rahardja dan Manurung (2004:155), inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus menerus. Sedangkan menurut Sukirno (2004:333), inflasi yaitu kenaikan harga barang dan jasa yang terjadi karena permintaan bertambah lebih besar dibandingkan dengan penawaran barang di pasar.

Terdapat berbagai macam jenis inflasi yaitu :
  1. Policy induced, disebabkan oleh kebijakan ekspansi moneter yang juga bisa merefleksikan defisit anggaran yang berlebihan dan cara pembiayaannya.
  2. Cost push inflation, disebabkan oleh kenaikan biaya-biaya yang bisa terjadi walaupun pada saat tingkat pengangguran tinggi dan tingkat penggunaan kapasitas produksi rendah.
  3. Demand pull inflation, disebabkan oleh permintaan agregat yang berlebihan yang mendorong kenaikan tingkat harga umum.
  4. Inertial inflation, cenderung untuk berlanjut pada tingkat yang sama sampai kejadian ekonomi yang terus menyebabkan berubah. Jika inflasi terus bertahan dan tingkat ini diantisipasi dalam bentuk kontrak finansial dan upah kenaikan inflasi akan terus berlanjut.
Menurut Sukirno (2004:333) bahwa berdasarkan pada sumber atau penyebab kenaikan harga-harga yang berlaku, inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk, yaitu :
  1. Inflasi tarikan permintaan, inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian berkembang pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa. Pengeluaran yang berlebihan ini yang akan menimbulkan inflasi.
  2. Inflasi desakan biaya, inflasi ini juga terjadi pada saat perekonomian berkembang dengan pesat ketika tingkat pengangguran sangat rendah.
  3. Inflasi diimpor, inflasi ini terjadi apabila barang-barang impor yang mengalami kenaikan harga mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan pengeluaran di perusahaan-perusahaan. Contohnya kenaikan harga minyak.
Menurut Prathama Rahardja dan Manurung (2004:169), yaitu :
  1. Menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat 
  2. Memperburuk distribusi pendapatan.

  • Kebijakan Pemerintah dan Tujuannya 
Mewujudkan inflasi nol persen  secara terus menerus dalam perekonomian yang sedang berkembang adalah sulit untuk dicapai. Oleh karena itu dalam jangka panjang yang perlu diusahakan adalah menjaga agar tingkat inflasi berada pada tingkat yang sangat rendah. Untuk menjaga kestabilan ekonomi, pemerintah perlu menjalankan kebijakan menurunkan tingkat inflasi karena bagaimanapun pemerintah mempunyai peranan yang penting dalam mengendalikan laju inflasi sebab terjadi atau tidaknya inflasi tergantung dari kebijakan pemerintah dalam menjalankan roda perekonomian.
  • Kebijakan Fiskal
Kebijakan yang akan dilaksanakan adalah dalam bentuk mengurangi pengeluaran pemerintah, langkah ini menimbulkan efek yang cepat dalam mengurangi pengeluaran dalam perekonomian.
  • Kebijakan Moneter
Yaitu peraturan dan ketentuan yang dikeluarkan oleh otoritas moneter (bank sentral) untuk mengendalikan jumlah uang beredar. Agar ekonomi tumbuh lebih cepat, bank sentral bisa memberikan lebih banyak kredit kepada sistem perbankan melalui operasi pasar terbuka, atau bank sentral menurunkan persyaratan cadangan dari bank-bank atau menurunkan tingkat diskonto, yang harus dibayar oleh bank jika hendak meminjam dari bank sentral.
  • Tujuan Kebijakan Pemerintah
Adapun tujuan dari kebijakan pemerintah menurut Sukirno (2004:331), yaitu dilihat berdasarkan pada dua tujuan yang bersifat ekonomi dan tujuan yang bersifat sosial dan politik.
  • Tujuan Bersifat Ekonomi
  1. Menyediakan lowongan pekerjaan                                                                                                Kebijakan pemerintah untuk mengatasi pengangguran merupakan usaha yang terus menerus, dengan kata lain merupakan usaha dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka panjang usaha untuk mengatasi pengangguran diperlukan karena jumlah penduduk yang selalu bertambah akan menyebabkan pertambahan tenaga kerja yang terus menerus.
  2. Meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat                                                                                Kesempatan kerja dan pengangguran sangat berhubungan dengan pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat.
  3. Memperbaiki pembagian pendapatan                                                                                              Pengangguran yang semakin tinggi menimbulkan efek buruk kepada kesamarataan pembagian pendapatan, pekerja yang menganggur tidak memperoleh pendapatan. Maka semakin besar pengangguran maka semakin banyak golongan tenaga kerja yang tidak mempunyai pendapatan.
  • Tujuan Bersifat Sosial dan Politik
  1. Meningkatkan kemakmuran keluarga dan kestabilan keluarga
  2. Menghindari masalah kejahatan
  3. Mewujudkan kestabilan politik.
  • Inflasi dalam Perspektif Ekonomi Islam
Dalam islam tidak dikenal dengan inflasi, karena mata uang yang dipakai adalah dinar dan dirham, yang mana mempunyai nilai yang stabil dan dibenarkan oleh islam. Adhiwarman Karim mengatakan bahwa, Syekh An-Nabhani (2001:147) memberikan beberapa alasan mengapa mata uang yang sesuai itu adalah dengan menggunakan emas.      
  • Peranan Bank 
Dalam bukunya Chapra (1997:124-131) mengatakan bahwa, bank sentral harus mempunyai pusat sistem perbankan, ia harus menjadi sebuah institusi pemerintah yang otonom, yang bertanggung jawab untuk bank. Seperti halnya dengan bank-bank sentral lainnya, bank sentral islam harus bertanggung jawab untuk mengeluarkan uang yang berkoordinasi dengan pemerintah, mengusahakan stabilitas internal dan eksternalnya. 
Dalam upaya untuk pencapaian tujuan tersebut bank harus dapat menggunakan instrumen dan metode apapun yang diperlukan dan tidak bertentangan dengan ajaran islam.
                                  

Sabtu, 02 Desember 2017

Tugas Review Jurnal Mandiri (2)

Nama : Fivi Sri Miranti
Npm : 1601270042
Prodi : Perbankan Syariah
Dosen : Totok Harmoyo.M, Si
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Sistem Keuangan dan Kebijakan Moneter Secara Islami Ekonomi

  • Pengantar 
Sistem keuangan dan kebijakan moneter adalah medan yang luas dan rumit, dan biasanya pembahasan pada subjek ini diharapkan bisa memperlambat bidang keuangan serta memperjelas hal uatama tenteng isu kebijakan, serta menunjukkan berbagai instrumen yang tersedia uantuk digunakan sebagai garis kelembagaan pengaturan dan menyelidiki keterkaitan sistem dengan variabel lain dari ekonomi.

Namun di sub-area perbankan islam, penulis menggunakan konsep dan juga menggunakan metode yang hanya bisa membawa mereka pada sebuah kesimpulan.

Makalah Khan dan Mirakhor tersebar di tiga bagian utama. Dalam dua bagian pertama, penulis menyatakan beberapa ciri utama dan implikasinya dari sebuah sistem perbankan bebas bungan.

Materi yang mereka sajikan disini sebagian besar merupakan ringkasan dari apa yang sudah tersedia pada subjek dalam literatur.

Argumen utama Khan dan Mirakhor terkandung dibagian ketiga, disini penulis mencoba menghadirkan model teorirtis pada standar IS-LM. Efek kebijakan moneter terhadap variabel makro yang islami ekonomi dijelaskan dengan bantuan model dan penulis sampai pada hal berikut.

Apakah otoritas moneter memanipulasi jumlah uang beredar atau bahkan arus pembiayaan murabahah sebagai bantuan dari kebijakan peralihan dan dampaknya terhadap pada tingkat pendapatan nasional yang sering terjadi pada setiap khasus.

Kebijakan moneter ekspansioner seni akan mengurangi tingkat pengembalian finansial akan meningkatkan output dalam jangka pendek. Penulis berpendapat bahwa hampir tidak ada perbedaan dalam cara kebijakan moneter akan mempengaruhi variabel ekonomi.

  • Kesamaan Harga dan Proposisi
Khan dan Mirakhor telah menyusun model mereka pada dua karakter mengenai peraturan murabahah. Pertama, ada kontrak anatara bank dan bank publik yang memberi tingkat pengembalian terakhir pada simpanan investasi mereka. Kedua, ada kontrak antara bank dan pengusaha yang meminjam dari bank dan akhirnya mendapatkan tingkat pengembalian pada pinjaman yang mereka berika kepada pengusaha.

Benar, tingkat pengembalian yang diterima bank atas pinjaman terus dikaitan seperti yang dilakukan Khan dan Mirakhor sampai pada tingkat bank membayar kewajiban mereka. Tapi, disini para penulis tanpa sadar mengalami kebingunggan, mereka beranggapan bahwa operasi bankir dan biaya lainnya nol dan percaya bahwa ansuransi itu akan terjadi.

Mereka sebagian besar bergantung pada persamaan asumsi tingkat suku bunga. Mereka gagal melihat bahwa persamaan semacam itu tidak mungkin dilakukan di bawah pengaturan murabahah. Kita akan menunjukkan bahwa ketidaksetaraan harus selalu bertahan meski ada asumsi biaya nol. 

Tidak seperti Khan dan Mirakhor, mereka memulai dengan sebuah pernyataan untuk menentukan r. Untuk rb adalah fungsi langsung dari r, dan hal lainpun tetap sama. Di muana bank menetapkan sumber daya mereka yang sebagian besar terdiri dari simpanan investasi, ke sektor produktif dengan memajukan pinjaman kepada pengusaha. Sebagai gantinya bank mendapatkan dari mereka sebuah proporsi yang disepakati (Y)0 ,f profit (7T) yang dapat dicairkan dari total keuntungan usaha (P) ke kontribusi mereka (fb) ke modal agregat (K) bekerja di perusahaan. 

Disisi lain bank akan selalu kelaparan dengan pinjaman kerugian mereka dalam proporsi. Khan dan Mirakhor secara polos memasukkan tingkat pengembalian negatif. 

Jelas ini terjadi dengan mudah dapat ditunjukkan bahwa sementara (r) selalu kurang dari tingkat keuntungan keseluruhan (P / K) di bawah ruas mujarabahah. Tidak seperti posisi sekuler ekonomi disini keuntungan tidak dalam arti yang sama pendamping kerugian. Kita tidak bisa menggunakan rumus yang sama untuk menentukan keduanya sebagai mana yang diharapkan oleh para penulis terpelajar yang sejalan dengan tradidi sekuler. 

Sekali lagi anggapla bahwa deposan berhak untuk sebagian kecil yang diperoleh oleh bank melalui investasi deposito. Biarkan kami juga mempertahankan biaya asumsi bahwa biaya operasi dan biaya lainnya dari bank adalah nol, bahwa semua simpanan investasi dipinjamkan sepenuhnya dari pada yaitu Db = Fb dan bahwa bank tidak memiliki dana lain untuk membiayai operasi pinjaman mereka.

Transaksi dengan bank sentral diabaikan dengan ponstulat ini, volume bank terhadap keuntungan berbagai dengan deposan akan sama dengan yang mereka terima dari pengusaha. Ini akan memberi kita tingkat pengembalian bank akan membayar dengan deposan .

Jika kita mengendurkan asumsi kita untuk memungkinkan biaya operasi dan biaya lainnya yang termasuk sumber daya bank sendiri, selain di bank dana sebenarnya dilakukan untuk pinjaman. Sesuatu mungkin agak jadi rumit tapi jarak antara rb dan r hanya akan cenderung melebar. 

Khan dan Mirakhor telah memperlakukan bank tersebut sebagai "tidak ada kerugian dalam perjalanan". 

  • Masalah Struktual
Khan dan Mirakhor menentukan sektor ekonomi yan relevan yang menyajikan arus rekening dana tabel, dan menguraikan beberapa hubungan perilaku. Mereka merancang model yang intinya adalah perpanjangan dengan beberapa modifikasi, bingkai sekuler ekonomi makro sederhana. Bingkai ini bertumpu pada dua pasar. Pertama ada pasar komoditas, (termasuk jasa) dimana dalam ekuilibrium tabungan dan investasi harus sama. Investasi diasumsikan sebagai faktor eksogen dan tabungan diambil sebagai fungsi pendapatan agregat dan tingkat bunga. 

Kedua, adalah pasar uang dimana kondisi ekuilibriumnya adalah eksogen diberi uang beredar (M) sama dengan permintaan uang. Permintaan untuk uang adalah fungsi pendapatan uang dimana P adalah tingkat harga.

Jadi kita memiliki sistem dua persamaan :
r(Y,r,1)= S (Y,r)-1 =0 (i)
r(Y,r,M)= <1>(Y,r)-M =0 (ii).

Dimana (Y) dan (r) adalah variabel endogen dan 1 dan M adalah eksogen. Khan dan Mirakhor mengganti suku bunga dengan tingkat pengembalian investasi (rb=r). Mereka menambahkan dua pasar lagi, satu dicadangan dari bank dan lainnya di saham ekuitas mereka. 

Jadi, jika seseorang ingin mengoperasikan sitem dalam hal perbedaan persamaa seperti Khan dan Mirakhor lakukan, semua variabel dalam satu hubungan harus mengasumsikan bentuk perbedaannya. 

  • Kesimpulan
Jelas seseorang tidak dapat menerima nilia nominal kesimpulan yang ditarik oleh Khan dan Mirakhor didasrkan karena mereka memiliki persamaan harga yang tidak dapat dipertahankan, prposisi dari konsekuensi yang lebih besar adalah bagaimana penggantian mereka terhadap tingkat bunga sekuler model dengan tingkat keuntungan untuk islamisasi. 

Sebaliknya keuntungan dianggap sebagai hadiah yang terkait dengan investasi, tidak seperti tingkat bunga, tingkat keuntungan mungkin negatif. Perangkap adalah tingkat bunga  nol, "Pentingnya perangkap likuiditas, berasal dari keadaannya dimana kebijakan moneter tidak berpengaruh terhadap tingkat suku bunga dan tingkat rill pendapatan". 



https://drive.google.com/file/d/1jt4lsyqbOMcDscWHsaJc1Utv-gCgJGO1/view?usp=drivesdk

Jumat, 01 Desember 2017

Tugas Review Jurnal Mandiri (1)

Nama : Fivi Sri Miranti
Npm : 1601270042
Prodi : Perbankan Syariah
Dosen : Totok Harmoyo,M. Si
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


Pendekatan Baru Terhadap Teori Kebijakan Moneter : Teori Nilai Moneter


Makalah ini berusaha untuk menentukan apakah Ringgit Malaysia sebagai mata uang fiat, memenuhi fungsi nilai uang. Sejak jatuhnya standar emas, migrasi media pertukaran. Dari standar komoditas untuk menghemat uang yang didukung oleh hutang, tidak hanya mengakibatkan pembusukan yang signifikan nilai intiristik tapi juga melibatkan tranfer kekayaan. Ini tentu membutuhkan penilaian ulang terhadap modren teori moneter yang telah mempengaruhi pembuat kebijakan, namun juga menjelaskan dampak kebijakan tersebut melalui analisis variabel makroekonomi tehadap stabilitas harga. Makalah ini menyajikan sebuah kebijakan moneter alternatif, yang menargetkan nilai stabil mata uang untuk menghasilkan stabilitas harga dalam jangka panjang dan karenanya menopang pertumbuhan ekonomi.

  • Pengantar 
Ekonomi moneter berurusan dengan moneter dan menjawab apa yang menyebabkan fluktuasi output dan stabilitas keuangan pada tingkat makro dan mikro. Selain itu, model hasil dan tingkat ini berkaitan dengan pergeseran dalam penawaran dan permintaan rekomendasi tidak secara akurat, ditunjukkan harga uang yang mempengaruhi output dan lapangan kerja, impor dan ketidakstabilan dan krisis keuangan. Karena ekonomi sebagai ekspor nilai tukar dan neraca pembayaran.


Arus utama moneter dan inplasi serta tingkat suku bunga mempengaruhi output nasional. Teori ekonomi yang dikembangan sejak tahun 1930-an di Indonesia. Pekerja dan pertumbuhan ekonomi khususnya oleh Keynes dan Friedman "bank sentral pengembangan dan pada tingkat mikro ini berkaitan dengan pasokan yang diadopsi". Walaupun berbeda dengan metodologi mereka di Indonesia, dan permintaan uang serta ekuilibriumnya dan syarat kebijakan moneter. 

Peran uang baik dan tingkat suku bunganya maupun modal, atau pendalaman keuangan memiliki jumlah uang ekonomi. Pembangunan yang telah didokumentasikan dengan baik oleh Friedman belum berhasil. 

Oleh karena itu, makalah ini merekomendasikan Tobin, Mckinnon, dan Shaw, yang pendekatannya agak cerdik dalam teorin moneter yang kebijakannya melalui pengamatan Tobin, patut mendapat perhatian karena dia berkomentar merekomendasikan otoritas moneter untuk mengadopsi moneter itu "Uang masyarakat tentu saja menyimpan nilai, yang teori nilainya bukan merupakan targer suku bunga jika tidak itu bisa menjadi alat yang diterima dari jumlah uang atau bahkan inflasi sebaliknya pembayaran". Olek karena itu, makalah ini menyaikan target teoritis nilai uang yang stabil sehingga harga akan penyelidikan empiris mengenai kerugian nilai tetap rendah dan stabil.

Utang lebih besar daripada uang tunai melalui kemitraan, pada saat bersamaan mereka mengalihkan uang yang dikeluarkan dan akhirnya digantikan untuk keperluan dimasa depan, dan untuk membayar kewajiban uang dimasa depan Muhammad Taqhi Usmani menulis sebuah tengara kompensasi untuk TVM dan menjelaskan kesempatan penghakiman atas riba (1993).

Atau dalam persentase V=% nominal GDP - % M, jadi pada ekuilibrium dengan MS=MD permintaan akan uang konstan dan tetap dalam jangka pendek memungkinkan hubungan yang stabil dan dapat diprediksi dan dimana kebalikan dari tingkat harga adalah nilai antara M dan P sejak Y diberikan. 

Dengan Vdan Y diberikan  artinya daya beli dari unit moneter, persamaan pertukaran mengekspresikan proporsionalitas menunjukkan sumber daya nyata timbal balik kecepatan adalah antara pasokan uang yang diberikan secara exogen dan permintaan uang atau proporsi yang nyata dan memiliki tingkat harga dan persamaan berikut mengungkapkan sumber daya yang ingin dipegang oleh orang dalam bentuk ketergantungan terhadap uang atau bentuk saldo tunai.

M adalah persedian uang dengan penawaran karena transaksi dua kali lipat akan menggandakan jumlah nilai tukar di Cambridge mendekati uang dan menentukan tingkat harga, kelemahan dari tindakan ini juga sebagai penyimpan nilai dan peredarannya tergantung teori moneter dan mengandalkan persediaan uang sebagian pada keinginan memegang uang dalam bentuk sendiri.

Saldo kas berbeda dengan teori nilai islam yang disampaikan oleh para teoritikus jumlah yang berpendapat bahwa pendapatan nomilal (PY), Ibnu Khaldun atau bahkan teori nilai klasik ditentukan oleh M karena V konstan dalam jangka pendek dari teori moneter dan teori kuantitas uangdan tanpa kekakuan dalam ekonomi, serta menganggap nilai uang sebagai daya beli fleksibel dan output menjadi funsi produktifitas, uang dan konsep nilai permintaan sebenarnya ditentukan oleh teori yang menggambarkan harga ekonomi untuk setiap perubahan dalam dalam barang dan jasa yang dikendalikan oleh pasokan uang yang akan terjadi perubahan yang sama.

Dengan menyajikan kembali arti inflasi telah berubah dari persamaan pertukaran klasik, ekspansi monetr inflansi (penyebabnya) berarti kenaikan harga aktual (efeknya), Von Mises dalam teori uang dan kredit (1912) menyatakan "bahwa jumlahnya teori gagal menjelaskan mekanisme variasi nilai uang".

Disangkal oleh para ekonomi klasik seperti Jhon Stuart menggandakan jumlah uang dan katakanlah secara langsung menggandakannya yang mendalam pada tahun 1884, "bahwa permintaan akan permintaan yang efektif karena kedua istilah itu secara praktis berarti komoditas bukan permintaan untuk tenaga kerja", Keynes membenarkan adanya kenaikan dikrin yang dijelaskan pada tahun 1876, oleh penulis Inggris, jumlah uang beredar akan meningkatkan permintaan efektif, Leslie Stephen (1832-1904) dalam sejarah bahasa inggris dan meningkatkan ketenagakerjaan, kenaikan yang signifikan di abad kedelapan belas yang melengkapi pasokan uang mungkin melebihi permintaan yang mengarah ke pemahaman dan mungkin ujian terbaik dari sebuah inflasi yang baik dan dengan implikasinya melibatkan penyusutan di ekonomi.

Image result for gambar grafik pertumbuhan pasokan uang malaysia 1970- 2012

  • Kesimpulan 
Kami telah menunjukkan bahwa teori moneter nilai menghasilkan stabilitas harga harus bervariasi agar efisien mengatur ekonomi, namun kapan nilai uang bebas dari pengolaan moneter dan masyarakat tertinggal dengan barang dan jasa menjadi fungsi penawaran dan permintaan. Selama Khalifah Abbasiyah, awal dinar tidak hanya diadobsi sebagai koin perdagangan internasional tapi bahkan ditiru dari dinar Khalifah Abbiyah Al-Mansur pada tahun 774oleh Raja Offa dari kerajaan Mercia (Inggris Selatan).

Toeri nilai moneter ini melibatkan nilai sebelum kita mendalilkan bahwa semua arus utama modren penawaran dan permintaan secara khusus adalah teori moneter telah gagal walaupun kami telah memilih sebuah fungsi dari kualita dan kuantitas, dengan penekan teori kualitas pada khusunya karena pada tinjauan kita sebelumnya pada kuantitas.

Uang bisa bersifat endogen tanpa ada yang kita analisi bahwa teori ini pada kenyataan serupa balam kontrol pasokan perdagangan yang dilakukan bebas dari tahun 1970-an dan mungkin sejak Keynes pada tahun 1980-an mungkin monopoli moneter memanipulasi atau manajemen dan telah menjadi Friedman sejak tahun 1990-an dan lebih bebas dari internasional keuangan.



https://drive.google.com/file/d/16BHQxszI5zrBJsCK5oMNGXQAI891wHt4/view?usp=drivesdk